Walikota Airin Kampanyekan Perbaikan Gizi Pada 1000 HPK

0
146
views
Airin saat menyampaikan pandangan terkait perbaikan gizi di Setu Tangsel (foto: dok)

Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia

TANGSEL, SALAKANEWS.com – Dalam kurun waktu 2 tahun ini, orang tua mesti berupaya keras agar bayinya tidak memiliki panjang tinggi badan atau panjang badan yang stunting (pendek). Selain itu hal yang paling dikhawatirkan ialah di dalam kandungan terdapat gangguan pertumbuhan, sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif (intelegensia).

Hal itu dikatakan Walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Airin Rachmi Diany, saat menghadiri kegiatan Kampanye Perbaikan Gizi Pada 1000 HPK Bagi Petugas, dan kader Kesehatan lainya, bertempat di Graha Widya Bhakti Puspiptek, Setu, Tangsel Rabu, (21 Agustus 2019).

Airin mengatakan, Indonesia terus menyerukan dan mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), Seribu hari pertama kehidupan ini terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 haripada 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Karena kata dia, kualitas manusia ditentukan sejak awal janin bertumbuh di dalam tubuh seorang ibu.

“Apa yang terjadi pada masa ini, termasuk nutrisi yang diterima oleh bayi dalam kandungan dan menerima ASI, memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan saat usia dewasa,” ungkapnya.

Oleh karena itu kata dia, idealnya berat badan bayi saat dilahirkan adalah tidak kurang dari 2500 gram, dan panjang badan bayi tidak kurang dari 48 cm. untuk mengejar harapan ideal ini, sebaiknya seorang ibu hamil mesti berjuang menjaga asupan nutrisinya agar pembentukan, dan perkembangan janinnya tumbuh secara optimal.

Inilah yang menjadi alasan mengapa setiap bayi baru lahir akan diukur berat dan panjang tubuhnya, dan akan dipantau secara terus menerus terutama di periode emas pertumbuhannya, yaitu 0 sampai 2 tahun.

Salah satu prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional tahun 2015-2019 adalah perbaikan gizi, khususnya stunting (pendek/kerdil), karena hal ini merupakan predictor (prdiksi) rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dampaknya menimbulkan risiko penurunan kemampuan produktif suatu bangsa.

Inilah yang melatar belakangi upaya pencegahan dan penanggulangan stunting menjadi sangat penting. Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.

Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% padatahun 2017.

Masalah gizi anak yang berdampak pada stunting dan kekurangan gizi pada ibu hamil seringkali tidak disadari baik itu oleh individu, keluarga maupun masyarakat sebagai masalah yang mesti dicegah dan diselesaikan.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang gizi dan perilaku kesehatan yang tepat, khususnya bagaimana memilih, mengolah, dan menyajikan makanan yang baik bagi keluarga.

Airin mengajak semua komponen masyarakat turut serta membangun kesehatan yang sedang dilaksanakan untuk kemajuan bagi masyarakat kota Tangerang Selatan.

Ini pula yang menjadi dasar, masyarakat memerlukan perhatian khusus dari tenaga medis dan ahli professional terkait pengetahuan tentang pentingnya 1000 HPK.

“Melalui momen acara ini, saya mengajak semua pihak untuk bekerjasama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan yang sedang, sudah, dan akan kita lakukan untuk kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang Selatan,” ajaknya.

Editor: tam