Ngaji Kebangsaan Bersama Cak Nun

0
2328
views
Cak Nun atau Emha Ainun Najib saat memberikan Wejangan kepada masyarakat yang ada di halaman kantor Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu malam (25/03/18). (foto: Salakanews)

Manusia Indonesia punya Fadilah yang masih terkubur, tersimpan maka akan menampakkannya dalam waktu beberapa yang akan datang, asalkan kau meningkatkan Software-mu, dengan kata lain pertajamlah kepekaan hatimu, kecerdasan akalmu, maka kemudian kamu akan melihat ma’rifat yang lebih tinggi dan lebih luas yang Alloh sudah kasih sebetulnya kepada kita semua.-–Emha Ainun Najib (Cak Nun)

Salakanews, Tangerang- Emha Ainun Najib atau lebih popular disapa Cak Nun memberikan Wejangan pada masyarakat Sepatan Kabupaten Tangerang, pada Minggu malam di halaman kantor Kecamatan Sepatan, dengan tema Harmonisasi dalam Keragaman Budaya, 25/03/18.

Materi pengajian yang disampaikan Cak Nun cukup beragam, mulai dari sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya, dan ketuhanan atau ke-Tauhid-an. Beberapa materi yang disampaikan Cak Nun begitu gamblang dan penuh makna. Dengan bahasa yang sederhana dipadu padankan dengan contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari, sehingga membuat si pendengar mudah memahaminya. Meskipun pada awalnya banyak jamaah mengernyitkan dahi pertanda sebagian dari mereka belum memahami apa yang Cak Nun sampaikan, namun secara perlahan mereka dapat memahaminya, hal ini dapat dimaklumi karena yang ikut ngaji pada Cak Nun berasal dari berbagai kalangan.

Sebelum dimulai pengajian seluruh tamu yang hadir menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, ini dilakukan sebagai bentuk  syukur dan kecintaan pada tanah air.

Ngaji yang disampaikan Cak Nun dimulai dari nasionalisme yaitu dengan mengupas sikap rasa memiliki pada kebangsaan dan sikap cinta kepada Tanah Air. Namun sebelum mengarah kepada cinta tanah air, landasan pertama yang harus diperkokoh adalah menjalankan  amanat dari Alloh SWT Tuhan Semesta Alam. menurut Cak Nun. konteks kebangsaan tidak sekedar Hubul Waton Minal Iman (Cinta Tanah Air merupakan bagian dari Iman), lebih dari itu karena kita beriman kepada Alloh maka kita cinta kepada Tanah Air, ungkapnya.

“Jadi bukan hanya bagian dari iman, tapi ini amanat yang paling mendasar,  jangan coba-coba siapa pun baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang memecah-mecah pikiran kita seolah-olah ada pertentangan antara Indonesia dengan Islam, bertentangan antara pancasila dan syariat islam dan seterusnya,” katanya.

Cak Nun meminta kepada pihak yang membawa atas nama pancasila jangan ngaur dan kepada yang membawa atas nama syariat islam juga jangan ngawur. karena rakyat Indonesia tidak bisa dipecah-pecah. Seperti yang terjadi belakangan ini dimana masyarakat sibuk dengan medsos, tetapi seminggu kemudian mereka akan sadar sendiri.

Orang Indonesia kata Cak Nun sudah ditipu oleh Belanda sejak dulu tetapi rakyat tetap selamat sebagai rakyat Indonesia yang dahsyat, jadi gak usah cemas rakyat Indonesia, begitu juga dengan pemerintah  ndak harus cemas, pintanya. seraya mengatakan Rakyat Indonesia tidak cemas, mereka cari duit di pinggir-pinggir jalan, rakyat Indonesia mandiri, mereka tidak minta apa-apa pada pemerintah. Hutang yang segitu banyak, rakyatnya gak minta. Padahal yang bayarin nanti kan rakyatnya juga.

“Jadi saya tidak hawatir sedikit pun mengenai rakyat Indonesia, karena Anda adalah orang-orang yang dicintai oleh Alloh SWT, sehingga kita ditakdirkan untuk menjadi manusia Indonesia dan kita beda dengan dengan manusia Amerika, manusia Arab, atau Korea, atau Jepang” ujarnya.

Manusia Indonesia punya Fadilah yang masih terkubur, tersimpan maka akan menampakkannya dalam waktu beberapa yang akan datang, asalkan kau meningkatkan Software-mu dengan kata lain kepekaan hatimu, kecerdasan akalmu, maka kemudian kamu akan melihat ma’rifat yang lebih tinggi dan lebih luas yang Alloh sudah kasih sebetulnya kepada kita semua.

Cak Nun bersama Kapolresto kota Tangerang, Danramil, Polsek, dan Tokoh masyarakat dalam acara Harmonisasi dalam keragaman budaya bertempat di halaman kantor kecamatan Sepatan, kabupaten Tangerang, Minggu malam,25/18.
(foto: Salakanews)

Cak Nun meminta kepada Kapolres Metro Kota Tangerang untuk menemaninya selama 2 jam kedepan selama acara berlangsung, dan ia mengikrarkan diri jika saja ada orang atau mahluk yang membenci, atau berniat jahat kepadanya maka ia berucap Ya Alloh aku mengikrarkan diri kepada mu untuk mengampuni dan memaafkan mereka yang menjahatiku.

Memulai pengajian dengan menyapa rosullulloh dengan membaca lakod ja akum rosullum min angfusikum dan seterusnya

“Anda dan saya adalah ummatnya rosullulloh, saya datang kesini bukan untuk anda percaya kepada saya, tetapi anda percaya kepada Rosullulloh SAW” ujarnya

Cak Nun menjelaskan maksud kenapa dirinya mengajak jamaah untuk membacakan salawat nariah, pertama ia memastikan bahawa ribuan jamaah yang memenuhi lapangan kecamatan Sepatan mayoritas telah hafal dalam membacakan shalawat nariyah. Yang kedua ia menginformasikan bahwa shalawat yang baru saja dilantunkan oleh sebagian kelompok tertentu dituding haram.

Apakah saya bisa menyimpulkan ketika anda bisa menghapalkan shalawat nariayah maka anda bisa dikatakan muslim? Apakah orang yang melantunkan shalawat nariyah bisa dipastikan orang islam? belum jawab jamaah.

Ok kita belajar dari situ dulu, kata Cak Nun. Jadi yang bisa adzan tidak hanya orang tapi juga kaset, yang adan yang mana, bisa gak tape recorder punya kesadaran untuk memanggil orang untuk shalat . karena azdan itu dengan kesadaran menginformasikan kepada manusia bahwa saatnya waktu shalat. Yang bener adzan yang mana?

Bedanya tanda-tanda adzan dengan pelaku orang adzan, apakah saya berpeci saya orang islam? belum tentu. Apakah ketika di KTP anda tertulis agama islam lantas saya percaya anda muslim? Sudah dipakai bukti belum?

Cak Nun Pelan-pelan membimbing jamaah, kemudia ia berlanjut pada tema identitas: apakah tandanya orang islam itu? apakah dilihat pada Pecinya, sorbannya, gamisnya, cadarnya, atau titik dua yang ada di jidatnya. Tetapi untuk saya hal itu (kalau pun ada dua titik seperti yang ada di jidak) saya simpan dibawah kaki saya saja, karena urusan shalat hanya saya dan Alloh saja yang tahu, katanya.

“Shalat saya dengan Alloh, tapi tidak dengan manusia, dengan demikian manusia tidak boleh menyuruh saya untuk shalat, karena dia tidak punya hak apa-apa tethadap saya, yang boleh menyuruh saya shalat hanya Alloh, jika orang lain mengingatkan saya shalat  nah itu yang boleh. Mengkritik saya boleh, tapi menyuruh saya untuk shalat tidak boleh, karena mereka tidak punya hak sama-sekali” terangnya.

Cak Nun memberikan satu perumpamaan seperti halnya ketika orang memiliki sebuah perusahaan, siapa yang punya hak dalam menentukan perusahaan itu, akan dibawa kemana, mau jualan apa? siapa yang mengerjakannya, karyawannya kah, direkturnya atau pemilik perusahaan itu?.

Jika demikian adanya maka, siapa yang memiliki hidup, boleh gak orang awam mengharamkan apa yang kamu lakukan? Jadi MUI jangan berkata ini haram, ini salah! MUI tidak boleh mengatakan ini haram, tapi MUI harus mengatakan; menurut pendapat MUI Alloh mengharamkan ini, bukan MUI mengharamkan.

“MUI tau opo? Bisa kasih makan nggak, ngelahirkan nggak, ngasih kerjaan nggak, ndak punya hak apa kepada ummat, yang punya hak hanya Alloh” tandasnya.

Rosullulloh sekali pun tidak memiliki hak dalam mengharam-halalkan sesuatu?, yang punya hak hanya Alloh. Nah sekarang kita pikirkan secara seksama fenomena yang terjadi belakangan ini, banyak tidak yang membawa posisi Alloh kepada anda? Banyak! Jawab hadirin.. jadi berapa jumlah Tuhan yang ada di Indonesia… (terbahak.. hadirin), jelas ya ini harus diphamai dulu.

Ini yang harus dipahami, dan pertama yang harus kita ingat ialah ada jarak antara kebenaran dengan tandanya, sebagaimana ketika kita mendengar suara adzan apakah itu orang, ternyata belum tentu! Apakah kalau kokok ayam tuh berbunyi pasti dari mulut ayam? Belum tentu!

warga yang menghadiri wejangan yang disampaikan oleh Cak Nun sangat antusias.
(foto: Salakanews)

Jadi mulai sekarang kita harus berpikir kalau anda mendengar, melihat baik itu dari orang lain atau kalau ada apa-apa baik dari WA, Medsos, atau Facebook maka jangan percaya dulu, kamu harus diperiksa dulu apakah informasi ini dari siapa? benar atau tidak,

Ummat islam punya sandaran dan referensi yang kuat soal ini, karena sudah teruang dalam al-quran surat alhujurat ayat 6 ; yaa ayyuhalladzina amanu inja akum fasikum binabai fatabayyanu antusiibuu kaumambijahaalatin fatusbihu ‘alaa maa fa’altu naadimiin  (Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanfa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu).

Pokonya kita ini sekarang pelaku kefasikan dan penikmat kefasikan, belum tentu benar tapi dianggap bener. Ayat sama hadist levelnya beda gak? Ayat Alloh sama omongan saya levelnya beda gak? tanya Cak Nun pada jamaah.

Jika Ayat Alloh Mutlak sementara omongan saya belum tentu bener, dan yang sebut saya ini bisa ustad siapa saja, bisa kiyai siapa saja, ustadz siapa saja, ulama siapa saja, selain Alloh dan Rasullulloh semua relative, belum tentu bener kalau itu bukan Alloh dan Rasullulloh, sekalipun itu kitabnya banyak dan tebal-tebal.

Sekarang ini harus wasfada jangan asal omongan orang, pendapat orang, kitabnya orang, youtube-nya orang dianggap benar. Tetapi yang pasti benar omongan Alloh tetapi tapsirnya belum tentu benar.

Kita kembali ke soal tanda dan faktanya. Bisa nggank saya melihat anda muslim, anda solat itu pasti muslim nggak? Bisa menjadi penentu kemuslimannya nggak? Belum tentu!

Peci bukan pertanda sebagai kemusliman, sarung belum tentu pertanda kemusliman, anda sholat sekalipun itu pasti muslim nggak? Belum tentu!

Sebagaimana yang terjadi pada sejarah yang dilakukan oleh senock horgrounge misionaris dari belanda dalam menyebarkan misinya untuk mengancurkan islam dari dalam, ia belajar islam di mekah, ahli islam, hafal al-Quran tapi dia pura-pura, siapa yang tahu kalo itu pura-pura, kalo saya acting gimana? Dalam rangka menipu semua umat islam dan Indonesia saya pura-pura seperti ini, jadi anda harus bisa melihat dengan yang tidak bisa anda lihat dengan mata.

Jadi islam bisa dilihat dengan mata nggak, jadi jangan percaya dengan yang anda dengar dan anda lihat. Tapi anda harus patabayyanu antusibu qaumam bijahaalatin..

Dalam kesempatan itu Cak Nun meminta kepada jamaah untuk menyalakan lampu senter seraya bertanya; “temen-temen bawa senter nggak, centerkan HP lampunya ke atas, saya Tanya sama anda itu anda melihat cahaya bersilang-silang, itu cahaya bukan? Itu cahaya apa pantulan dari serbuk-serbuk yang ditimpa dari atas memantulkan cahaya ke mata kita?”

Berarti cahaya bisa dilihat nggak? Yang bisa dilihat itu yang ditimpa cahaya memantulkan ke anda, annur ayat 35: Alloh itu cahaya langit dan bumi bukan Alloh mencahayai langit dan bumi, Alloh yunawirusama wati wal ard, tapi ini tidak Alloh hussamawati wal ard..

Alloh itu adalah “Cahaya langit dan Bumi” jadi kalau anda sudah melihat cahaya berarti anda sudah melihat Alloh. Jangankan cahaya kentut pun kamu belum bisa melihatnya gitu lho, (disambut tertawa hadirin..)

Jadi tidak bisa dilihat, kebaikanmu bisa dilihat nggak, tidak bisa dilihat. Jadi anda jangan terlalu mempercayakan kepada yang kelihatan dan bisa disentuh oleh panca indera. “ilmu pertama ini ya katanya seraya memerikan contoh kalau ada orang yang hendak menipu ke rumah anda kira-kira sikapnya sopan apa kejam? Semakin tinggi tipuannya semakin sopan ia betul gak? Apa  polisi sangat berpengalaman soal itu?(CakNun nyandain Kapolres Kota Tangerang yang duduk di sebelahnya) yang disambut tawa hadirin.

(tam)