Mengenal Lebih Dekat Tradisi ‘Arak-Arakan’ Menjelang Takbiran

0
2195
views
Warga Kampung Kadujami, desa Koranji, Kec. Pulosari, pada malam hari terlihat asyik mendesain miniatur masjid, hal itu dilakukan dalam mempersiapkan tradisi Arak-arakkan dilakukan pada malam Takbiran, bulan Ramadhan menjelang Hari Raya Idul fitri. (Foto: Erland/ Salakanews)

Dalam pergerakannya meski yang melaksanakan dari salah satu kampung, namun secara sepontan mereka yang melakukan Arak-arakan diikuti oleh warga kampung lainnya. Hal ini lantaran suara yang riuh melantunkan lafadz iIahi begitu menggema  sehingga dapat mengundang perhatian warga sekitar.

Salakanews– Istilah Ngarak atau Arak-arakan merupakan kata Nomina yang berarti Iring-iringan yang dilakukan oleh sekelompok orang, atau secara umum orang menyebutnya dengan kata Pawai. Tradisi ini biasanya dilakukan secara bergerombol dengan jalan perlahan, yang disertai dengan membawa benda-benda pertunjukan hasil karya masyarakat setempat, mereka juga menggunakan obor (jika dilaksakanakan pada malam hari).

Pada bulan Ramadhan masyarakat  setempat biasanya berarak sambil membawa benda-benda yang mengandung nilai seni religi seperti  Masjid Mini, ada juga berbentuk hewan seperti Unta, kubah, dan lain-lain.

Jarak tempuh yang dilakukan biasanya sudah ditentukan berapa meter bahkan kilo meter, tetapi  jika dilakukan di sebuah desa biasanya hanya mengelilingi beberapa kampung bahkan desa-desa teredekat kemudian balik lagi ke tempat awal. Dalam setiap langkahnya warga melantunkan lafadz ilahi seperti Takbir, Tahmid, dan Lafadz ilahiah lainnya.

Peserta yang mengikuti tradisi ini berasal dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dalam pergerakannya meskipun yang melaksanakn Arak-arakkan dari salah satu kampung, namun setelah bergerak mereka akan diikuti oleh warga kampung lainnya. Hal ini lantaran suara yang riuh rendah melantunkan lafadz ilahi begitu menggema dapat mengundang perhatian warga lainnya, sehingga secara sepontanitas mereka keluar rumah dan menyaksikan aksi Arak-arakkan itu. Beberapa orang yang menyaksikan tidak sedikit yang terkesima dan terhibur, sementrara warga lainnya tak sungkan untuk turun dan bergabung dalam tradisi itu.

Rutenya mengelilingi desa lain, jika jarak tempuhnya lumayan jauh, masing-masing perlahan kembali kerumahnya seiring pelaksanaan arak-arakan ini berakhir.

Salah satu tradisi Arak-arakkan ini hampir ada di beberapa daerah, bahkan di DKI Jakarta, tradisi ini kerap kita saksikan, dengan membawa bedug dan kentrongan (terbuat dari bambu), di beberapa kota biasanya ini dilakukan dengan menggunakan kendaraan baik kendaraan roda dua maupun empat. Namun sedikit berbeda dengan di daerah khususnya di perkampunngan, tradisi ini lebih banyak dilakukan oleh warga dengan berjalan kaki, meski tak sedikit pula yang menggunakan kendaraan roda dua, tetapi mayoritas lebih antusias dengan berjalan kaki.

warga kp. Kadujami, desa Koranji, Kec. Pulosari, Pandeglang, menyiapkan Miniatur Masjid untuk melaksakan tradisi arak-arakan, ini dilakukan pada malam takbiran, bulan Ramadhan.
(foto: Erland/Salakanews)

Seperti halnya yang dilakukan warga Kp. Kadu Jami, Desa Koranji, Kecamatan Pulosari, warga di desa ini membuat beberapa miniature symbol religi salah satunya miniatur masjid yang terbuat dari bahan kayu. Ini bentuk kabahagiaan warga yang diekspresikan dalam membuat miniature masjid ini, guna mempersiapkan moment suka cita untuk menggemakan  serta mengangungkan kebesaran  Alloh SWT. Momentnya nanti menjelang malam takbiran.

Kebiasan  yang sudah berlangsung lama ini nampaknya tetap dijaga  dan dirawat oleh warga Kadu jami, dan juga warga lainnya di kecamatan Pulosari, seperti halnya desa Sukasari yang biasa dilakukan oleh warga kampung kaduturus dan sekitarnya.

Pembuatan miniatur Masjid  ini kerap dilakukan setiap tahunnya saat bulan suci Ramadhan menjelang Hari Raya Shalat Id’. Beberapa warga terlihat begitu antusias dalam membuat hiasan masjid mini itu.

Seperti yang dilakukan oleh Haerani, Tokoh Pemuda Kp. Kadu Jami yang secara bergotong royong dengan warganya, ia mengatakan kegiatan ini merupakan  tradisi yang sudah berlangsung lama, bahkan sejak kecil ia sudah mengenal  tradisi ini, sebagai  bentuk ekspresi masyarakat setempat dalam penyambut hari raya idul fitri dengan penuh suka cita.

“kami (Masyarakat Kp Kadu Jami) membuat miniatur masjid ini salahsatu bentuk penyambutan hari raya idul fitri,”ujarnya.

Hal senada dikatakan Cucu,  tokoh masyarakat Kp. Kadu Jami, menurutnya kegiatan pembuatan miniatur Masjid selain untuk menyabut idul fitri, juga  untuk mempererat jalinan silaturahmi antara masyarakat setempat.

“pembuatan miniatur masjid ini selain untuk menyambut hari raya idul fitri dan bertujuan mempererat jalinan silaturahmi antar masyarakat setempat,”Kata Cucu.

Rep: erland

Ed: tam