Titik Soeharto: Berpolitik itu Punya Makna Luhur, Jangan Terpecah !

0
168
views
Titik Soeharto, pengurus Partai Berkarya yang sebelumnya berkiprah di Partai Golkar (foto: dok)

JAKARTA, SALAKANEWS.com— ketika Pemilu datang, dimana hajat demokrasi besar milik seluruh komponen bangsa di negeri ini sudah tidak asing lagi ketika mereka menyebut dengan tahun politik, di tahun itu pula semua elemen bangsa mesti  lebih erat merekatkan tali persaudaraan, bukan justru  sebaliknya  memperkeruh suasana yang semula situasai aman, tenteram, dan hubungan yyang harmonis berubah dan kerap terjadi terjadi pergesekan antar sesame karena ada satu faktor, yaitu berbeda pilihan.

Hal itu ditegaskan politisi Partai Berkarya Siti Hediati Hariyadi atau lebih dikenal sebagai Titiek Soeharto. Pada momentum ini Titiek mengajak seluruh masyarakat menjalin dan mempererat tali silaturahmi serta menghindari potensi gesekan anta sesame yang menyebabkan dari perbedaan itu berbuah pahit untuk semua elemen anak bangsa.

“Tujuan politik itu luhur, bukan justru jadi alat memecah belah. Islam mengajarkan kita saling memaafkan,” kata Titiek.

Putri Presiden Soeharto itu juga mengutip kearifan lokal yang berasal dari tanah Jawa wejangan itu selalu diajarkan oleh almarhum ayah Titik, isi wejangan itu tak lain merupakan ajakan pada kebaikan dan menghindari dari sifat menjelekan sesama.

“Ayah kami, Bapak kita semua selalu menasihati, aja mung nyatur alaning liyan. Jangan hanya membicarakan kejelekan orang lain,” kata Titik menambahkan.

Di beberapa kesempatan acara Titiek juga sempat mengatakan hal yang sama,  yaitu untuk mengajak masyarakat agar tidak mudah terprofokasi oleh isu-isu yang belum tentu kebenarannya. Misalnya saat ia menghadiri acara peringatan Isra dan Miraj bersama Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Jawa Barat, Sabtu, 16 Maret 2019 lalu.

Pada forum tersebut Titiek mengajak ibu-ibu majelis taklim untuk arif dalam menyikapi suasana yang cenderung panas menjelang Pilpres.  Dengan  sikap arif itu ia berharap hal-hal negatife dapat dibuang sejauh mungkin.

“Kita semua berharap pasca Pemilu nanti persatuan dan persaudaraan bangsa ini bisa semakin kokoh,”tandasnya.

Sepak terjang Titik di dunia politik bukanlah waktu yang sebentar, sebelum bergabung menjadi pengurus Partai Berkarya, Titiek lama menjadi wakil ketua Komisi IV DPR RI dari Partai Golkar. Saat menjadi wakil rakyat tersebut Titiek pernah meminta Kementerian Pertanian memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan petani bawang putih demi tercapainya swasembada bawang putih pada 2021.

Kiprahnya yang getol menyuarakan aspirasi para Petani dan masyarakat pra sejahtera selalu digaungkan, tak  hanya bantuan,Titiek juga meminta Balitbang dan Kementan untuk melihat wilayah-wilayah di seluruh Indonesia yang potensial dan layak ditanami bawang putih.

“Impor bawang putih di tahun 2017 itu besarnya mencapai 550 ribu ton sedangkan kita hanya mampu menghasilkan sekitar 20 ribu ton. Ini sangat keterlaluan. Padahal wilayah kita sangat luas,” kata Titiek saat itu.

Pada kesempatan lainnya Titiek juga menyentil  terkait mahalnya harga daging menjelang bulan Ramadhan, padahal kata dia, seharusnya regulasi yang ada tidak seperti itu, akibatnya para konsumen di bawah terutama masyarakat yang pas-pasan tidak memilik daya beli  yang berakibat harga-harga lainnya tidak setabil.

Pada kata Titik, swasembada daging sapi tujuannya agar Indonesia tidak tergantung kepada daging impor dalam upaya menstabilkan harga.

“Kasus daging sapi impor itu tidak hanya seperti sekarang. Setiap mau puasa, Lebaran harga pasti naik,” kata Titiek.

Pada tahun sebelumnya, Titik juga berkomitmen demi terwujudnya swasembada daging  sejak tiga tahun lalu. Dia telah mengingatkan pemerintah  untuk tidak ketergantungan pada impor demi pemenuhan kebutuhan daging masyarakat. Pada 2016 Titik pernah menyampaikan bahwa bangsa ini tak semestinya mengimpor daging secara terus menerus terutama daging sapi, hal itu karena kita punya potensi memproduksi ternak sendiri secara berdaya.

“Jangan terus menerus mengimpor daging sapi,” kata Titiek di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) di Dusun Piring, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, pada 2016.

(rd/slk)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here