Kota Tangerang- Jangan Lupakan Sejarah Jasa Para Ulama (JAS HIJAU), merupakan salah satu idiom yang pas untuk disematkan pada warga Mega Lestari (MLR), yang melakukan wisata ziarah ke makam Sultan Hasanudin, Serang, Banten. sekaligus melakukan bakti sosial di panti Asuhan Lanjut Usia (LANSIA) Dinas Sosial Provinsi Banten, Jum’at (16/02/18).
Wisata ziarah ini dilakukan dalam rangka mengenalkan perjuangan para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam yang Rahmatan Lilalamin sekaligus bagaimana mereka merebut dan mempertahankan Tanah Air Tercinta. Selain itu anak-anak juga diajak mengunjungi Panti Jompo oleh orang tuanya, dengan tujuan memupuk rasa empati dan kepekaan sosial, sekaligus mengingatkan diri bahwa usia manusia ada batasnya.
Jamuri Haerudin, MM. selaku ketua rombongan wisata ziarah pada Salakanews mengatakan, tujuan diadakan wisata ini selain merekatkan kebersamaan antar warga juga mempupuk kesadaran baik kesadaran sepiritual maupun sosial.
“wisata ini diadakan dalam rangka merekatkan kebersamaan antar warga MLR dan Silaturahim agar tetap terjaga” kata Jamuri.
Lebih jauh ia mengatakan wisata ini diadakan dalam rangka memberikan pendidikan dan motivasi pada anak-anak bahawa kita saat ini hidup dengan damai dan harmoni lantaran berkat perjuangan para ulama dahulu yang menyebarkan ajaran islam sekaligus merebut kemerdekaan dari tangan kolonial, katanya.
“kita berkunjung ke makam Sultan Hasanudin sebagai bentuk napak tilas untuk mengingat kembali perjuangan beliau dalam menyebarkan dakwah islam” tandasnya.
Pantauan Salakanews, wisata ziarah ini dimulai dari pukul 08.15 WIB, pertama kali tempat yang dikunjungi ialah lokasi Panti Jompo yang dikelola pihak Dinas Sosial provinsi Banten terletak di Sempu.
Di lokasi ini warga mengunjungi para lanjut usia (Lansia) dengan acara ramah tamah. Pertemuan dilakukan di Mushola di area Dinas Sosial. Rombongan warga MLR diterima oleh salah satu petugas Panti Jompo DINSOS provinsi Banten.
Sri, Amd,Kep. Selaku petugas panti, pada sesi ramah tamah kepada warga MLR mengatakan, jumlah Lansia(lanjut usia) panti jompo sebanyak 70 orang, yang didominasi oleh perempuan sebanyak 40 orang dan sisanya laki-laki.
Sri menuturkan, mereka (Lansia) ada ditempat itu melalui proses yang beragam, mulai dari surat pengantar dari rt/rw karena ketiadaan keluarga (sebatang kara), faktor broken home sehingga menjadikan hidup terlunta-lunta, hingga dari hasil penyerahan pihak kepolisian.
Dinas sosial dalam menangani Lansia memiliki beberapa prosedur, diantaranya seorang itu mesti sehat jasmani dan rohani dan masih bisa melakukan aktivitas sendiri. tidak memiliki penyakit menular.
Sri yang diperbantukan bertugas di panti ini setelah sebelumnya ia sebagai perawat di rumah sakit umu Tnagerang pada Salakanews mengatakan, para Lansia yang tinggal di Panti Jompo berasal dari berbagai daerah, ada yang berasal dari luar Banten seperti Surabaya, indramayu, Jepara, Palembang, dan sebagainya.
Mereka ada yang datang sendiri, ada yang diantar oleh pihak kepolisian, dan ada juga yang diantarkan langsung warganya disertai surat pengantar dari Rt/Rw-setempat, bebrapa dari mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Ada yang sama sekali tidak memiliki keluarga, hidup terlantar hingga penyebab masalah keluarga.
Julkarnaen (76) asal Jepara pada Salakanews mengatakan dirinya ada di panti Jompo bukan tanpa alasan, ia tinggal dip anti jompo karena masalah broken Home, sehingga membuatnya harus memutuskan untuk tinggal di tempat itu sampai waktu yang tidak ditentukan.
“saya meminta kepada anak-anak saya untuk tidak menjenguk saya di sini, termasuk istri saya yang telah menghancurkan keluarga saya” ujar Julkarnaen saambil menatap ke balik jendela.
Di wisma ini para lansia juga memiliki banyak aktivitas, agar mereka tidak suntuk dan bosan. Beberapa aktivitas yang mereka lakukan adalah ada senam, qasidahan, pengajian, pemeriksaan kesehatan, samapai pada kreativitas yaitu membuat kerajinan tangan, seperti keset, gelang, kalung perhiasan, dan bunga-bunga, yang hasilnya terlihat cukup lumayan untuk dipasarkan. Tak pelak lagi, ibu-ibu yang melihat-lihat kerajinan itu langsung memesan untuk dijadikan oleh-oleh pulang ke rumah.
Usai dari Panti Jompo, wisata ziarah dialkukan menuju makam Sultan Hasanudin, yang kemudian diteruskan ke makam Syaikh Nawawi dan Pangeran Sunyararas Tanara Banten.
Dalam perjalanan menuju tempat ziarah, Jamuri selaku ketua rombongan memberikan sekelumit gambaran kiprah Sultan Hasanudin dalam menyebarkan da’wah Islam di Banten, yang kemudian berhasil dalam mengislamkan masyarakat Banten yang dari awal sebagai masyarakat primitive menjadi masyarakat yang religious dan berbudaya.
(tam)