Program Kemandirian Pangan dan Energi Rakyat Menjadi Fokus Gerakan Tommy Soeharto

0
71
views
Tommy soeharto ketua Umum DPP Partai Berkarya (foto: dok)

 “Jadi, kita sebagai warga masyarakat bisa membantu pemerintah secara sederhana namun efektif, untuk itu sebaiknya setiap desa itu memiliki dan menonjolkan kekhasan mereka sendiri,”Sri Wahyuni, Penanggung Jawab Saung Berkarya.

JAKARTA, SALAKANEWS.com— Setiap warga negara seyogyanya membantu pemerintah mencari solusi  dan mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan energi yang kian hari semakin parah. Bagi Partai Berkarya, menggerakkan peran-serta masyarakat untuk mencukupi kebutuhan energi keluarga melalui biogas merupakan solusi sederhana namun efektif.

Hal tersebut dikemukakan Ketua Umum Partai Berkarya Hutomo Mandala Putra atau yang akrab dipanggil Tommy Soeharto, sebagai sambutan penerimaan kepada putra-putri transmigran yang mengunjungi Saung Berkarya di Hambalang, Bogor dalam rangkaian Musyawarah Nasional ke-IV Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI) yang digelar 12-14 Maret.

Lebih lanjut Tommy mengatakan, saat ini pemerintah cukup kewalahan dengan subsidi LPG yang beban biayanya cukup tinggi hingga mencapai Rp 24 triliun, sementara subsidi minyak tanah sebesar Rp 18 triliun, serta subsidi pupuk mencapai Rp 12 triliun, katanya.

Hal senada dikatakan Sri Wahyuni selaku penanggung jawab saung Berkarya, menurutnya program Kemandirian Pangan dan Energi salah satu poin penting dari pertanian terpadu. Ia mengilustrasikan Secara sederhana, dalam skala kecil masyarakat akan didorong  agar mampu memenuhi kebutuhan pangan dan energi mereka sendiri.

“Jadi, kita sebagai warga masyarakat bisa membantu pemerintah secara sederhana namun efektif, untuk itu sebaiknya setiap desa itu memiliki dan menonjolkan kekhasan mereka sendiri,” kata Sri.

Terkait kemandrian di beberapa desa yang sudah mnonjol, Sri mencotohkan  ada desa sebagai peternakan ayam, budi daya cabai, budi daya tomat, dan desa pangan lainnya. semua itu kata Sri harus didorong agar tumbuh berkembang. Desa cabai misalnya, harus mampu memproduksi semacam bon cabe, desa  dengan keunggulan tomat harus bisa memproduksi saus tomat sendiri, katanya.

Selain itu kata dia, ketika salah satu desa dengan proyeksi  peternakan maka harus ada siklus positif yang bisa dihasilkan salahsatunya kotoran ternak bisa dimanfaatkan sebagai pupuk alami, itulah yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk membuat biogas sebagai upaya memenuhi energi.

“Di desa-desa transmigrasi yang terpencil, dimana minyak tanah dan LPG susah, kemampuan membuat dan memanfaatkan biogas akan sangat membantu,” ujar Sri.

Sri yang saat ini sebagai anggota Dewan Pakar Partai Berkarya itu menceritakan, pihaknya sudah memiliki proyek percontohan di Sentani, Papua terkait energy pangan, selebihnya akan segera dilakukan pengembangan di beberapa daerah lainnya seperti  di Nagere, di Merauke, di Kerom, lalu Jayapura, dan beberapa tempat lain di Papua. Begitu juga di Kawasan Indonesia Timur seperti  di  NTT, Kalimantan Barat, menjadi ajang uji coba partai dalam pengembangan biogas, selain di beberapa wilayah di Jawa.

Perkembangan positif lainnya, Saung Berkarya tengah pula mencoba pembuatan biogas dari rumah tangga, yakni limbah keluarga. Hal itu tengah diuji coba di beberapa pesantren di Jawa Tengah dan Banten.

“Dalam waktu dekat, kami juga akan membangun sarana pembuatan biogas dari limbah keluarga ini di Pesantren Nurul Iman, Parung, Kabupaten Bogor,” kata Sri.

Diketahui, Saung Berkarya merupakan bengkel kerja (workshop) yang dibangun dan diampu Tommy sebagai wujud kepedulian Partai Berkarya terhadap persoalan pemenuhan pangan dan energi masyarakat. Saung itu terbuka untuk memberikan keahlian dan kecakapan dalam pertanian, peternakan dan biogas untuk masyarakat yang berminat dan membutuhkan.

(rd/slk)