Kota Tangsel, salakaNews.com – Bangsa Indonesia patut berbangga sebagai masyarakat beragama, meski menganut kepercayaan berbeda-beda, namun tetap bisa hidup berdampingan satu sama lainnya.
Mengedepankan tenggang rasa, bersikap inklusif dan saling menghormati satu sama lain. hidup berdampingan semacam ini pada kehidupan bernegara haruslah tetap dirawat dan dipertahankan.
Itulah pandangan yang disampaikan wakil walikota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie di acara seminar kerjasama antar umat beragama dalam mewujudkan kota Tangerang Selatan yang religious. Acara tersebut digelar di Lubana Sengkol, Setu, Tangsel. (Rabu 02/10).
lebih lanjut Benyamin mengatakan sebagai bukti negara ini memberikan ruang bagi warganya untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing.
“Ini terlihat tidak saling intervensi dan patut disyukuri kita ditakdirkan menjadi orang Indonesia. Untuk itu kita panjatkan syukur kepada Alloh SWT, dengan kondisi saat ini,” ujarnya.
Seminar ini dipilih karena memiliki peran penting bagi Kota Tangsel. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1.6 juta jiwa, jumlah tersebut ada yang akan lahir dan datang ke Tangsel dan itu diperkirakan akan bertambah 2x lipat di 2030 mendatang.
Benyamin menegaskan pentingnya peran agama untuk menciptakan kerukunan dalam kehidupan, semua akan tertata dengan baik jika semua anjuran agama diikuti oleh semua pemeluknya, semua aspek dalam hidup ini dimulai dari sosial, budaya, politk, hukum dan lainnya akan berjalan sesuai ritme kehidupan.
“Karena tidak ada pihak lain yang akan menggangu kita kalau kita yakin akan ajaran agama kita, mari kita bangun kembali nilai-nilai agama yang ada di sekitar kita untuk membangun Tangsel,” katanya.
Benyamin berencana akan memfasilitasi kegiatan serupa di Tangsel, dengan harapan terjadi komunikasi yang baik yang bersinergi antar umat beragama di wilayah tersebut.
“Tangsel menjadi satu tempat bersosialisasi dalam hal ini (kerukunan dan dialog umat agama) karena persoalan biasanya muncul karena tidak ada komunikasi,” katanya.
Selain itu kata dia, jika kegiatan tersebut rutin dilakukan maka kecil kemungkinan terjadi gesekan di tengah masyarakat. Itu artinya masalah sekecil apapun akan cepat diatasi.
“Kami akan terus melakukan komunikasi dan dialog semacam ini, untuk menghindari dari rasa ketersinggungan,” tandasnya.
Sementara ketua MUI Tangsel, Saidi mengatakan, seminar tersebut digelar untuk mempersatukan Tangsel agar sesuai dengan motonya yakni religius.
Selain itu kata Saidi, konflik yang terjadi di masyarakat sering kali bukan karena faktor agama, akan tetapi disebabkan faktor lain. itulah kenapa pentingnya dialog antar umat, terus didorong dan dibudayakan, yang bertumpu atas dasar ketulusan, keterbukaan inilah yang mesti diterapkan di Tangsel, pungkasnya.
Editor: tam