Salakanews, Lebak- Keluarga Besar Paguyuban Cipeuyah menggelar kegiatan Buka Puasa bersama warga Baduy Mualaf di kampung Cikuning desa Tanjung Wangi, kec. Muncang, Lebak. (13/06)
Kegiatan itu dilakukan dalam rangka merekatkan kebersamaan dan tali kasih antar ummat seagama.
Ketua Pendamping Mualaf Baduy H.Mian dalam sambutannya menyampaikan terimakasih atas perhatian yang telah dicurahkan oleh paguyuban Cipeuyah kepada warga Baduy Mualaf selama ini, menurutnya perhatian itu tak hanya disampaikan melalui kata-kata tapi juga tindakan nyata melalui program bedah rumah dan juga pendidikan untuk seluruh warga mualaf.
“Rasa trimakasih kami tak cukup hanya dengan bahasa, tetapi lebih dari itu kami hanya berdoa kepada Alloh swt, semoga semua kebaikan yang telah diberikan oleh paguyuban Cipeuyah mendapatkan balasan yg setimpal oleh Alloh SWT” ujar H.Mian.
Selain itu katanya meski warga Baduy Mualaf telah memiliki tempat tinggal dan bisa bersekolah, hal itu tak berarti tak ada persoalan, namun masalah baru muncul ialah, mereka tak tak ingin hidupnya ketergantungan pada bantuan semata, mereka ingin hidup mandiri seperti memiliki lahan pekerjaan dan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sendiri.
“Rasanya kami (warga Baduy Mualaf) sudah lebih dari cukup dibantu oleh Paguyuban Cipeuyah, namun kami pun ingin hidup mandiri, masalahnya saat ini kami tidak memiliki pekerjaan yg bisa menghidupi kehidupan kami sehari-hari, jika berpangku tangan terus kami juga merasa malu pada ibu-bapak” kata H.Mian ketika menyampaikan aspirasi warga mualaf Baduy.
Dalam kesempatan yg sama disampaikan oleh ketua RT Cikuning, menurutnya warga Mualaf mengucapkan beribu-ribu teri.alasih yg tak terhingga atas bantuan dan perhatian yang diberikan oleh Paguyuban Cipeuyah kepada warg Baduy Mualaf, biarlah Alloh Swt saja yang membalas amaliah warg paguyuban.
“Kami warga kampung Cikuning hanya biska berdoa semoga Alloh swt membalas semua kebaikan yang dilakukan oleh paguyuban,” katanya.
Sementara koordinator paguyuban Cipeuyah, Ijah Hadijah, mengatakan, apa yang dilakukan paguyuban Cipeuyah selama ini merupakan bentuk pengabdian pada ummat, pihaknya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk lingkungan sekitarnya walau pun itu bermula dari hal yang paling kecil dan sederhana.
“Apa yang dilakukan selama ini oleh paguyuban Cipeuyah tak lain hanya ingin berbagi kasih antar sesama, dan kepedulian yang sederhana ini semoga membawa perubahan kedepan” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihak paguyuban sebetulnya lagi mencari cara untuk membuat usaha rumahan (home industry) bagi warga Baduy Mualaf agar mereka bisa mandiri, tapi belum ketemu formulasinya. Ia berharap semoga saja ada pihak-pihak terkait yang siap membntu untuk kemandirian mereka (warga Baduy Mualaf).
“dalam kemampuan kita yang terbatas ini semoga juga ada pihak yang ingin membantu kelangsungan hidup warga Baduy Mualaf, agar kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi di kemudian hari” harapnya.
Diketahui, warga Baduy Mualaf berawal dari warga suku Baduy yang telah keluar dari Baduy dalam, mereka hidup dan tinggal di perkebunan warga, sebagian besar hidupnya tidak menetap dan suka berpindah-pindah, sehingga mereka tidak memiliki tempat tinggal secara permanen. Dalam mempertahankan hidupnya mereka mengandalkan cocok tanam di kebun milik sebagian warga, ada pula di lereng pegunungan yg sangat jauh dari pemukiman penduduk.
Dalam hal kepercayaan, mereka sudah mulai ada pergeseran, mengingat interaksi dengan warga penduduk tidak ada lagi penyekat, hal itu sangat memudahkan mereka mendapatkan informasi soal ajaran agama Islam, seiring berjalannya waktu mereka pun dengan mantaf mengikrarkan diri bersyahadat dan memeluk agama Islam. Setelah memluk islam kehidupan pun berjalan dan mereka pun tetap bermukim di kebun dan ladang milik warga, sampai belasan tahun lamanya.
Pada saat Paguyuban terbentuk dan berjalan membawa misi kemanusiaannya, terdengarlah kabar jika ada warga Baduy luar yang telah jadi mualaf tapi masih tinggal di perkebunan dan ladang milik sebagian warga. Mereka diketahui tidak memiliki administrasi kependudukan seperti Surat Nikah, Kartu Keluarga, Kartu Penduduk, dan sebagainya.
Wasilah Paguyuban inilah kemudian mereka ditangani dari mulai surat-surat kependudukan hingga tempat tinggal yang saat ini sudah menjadi bagian dari masyarakat Kp.Cikuning Desa Tanjungwangi kec.Muncang, Kab.Lebak Banten.
Perubahan pun kini terlihat, aktivitas mereka tak menunjukan sebagai suku baduy (masih primitif) seperti tak boleh memakai sendal/sepatu, takenggunakan tekhnologi, dan pasilitas modern lainnya.
Kini mereka sangat pandai menggunakan hand phone, menggunakan kendaraan roda dua (motor), dan berlaku-lampah seperti kebanyakan warga Banten lainnya.
(tam)