Karanganyar, salakaNews- Pada hari sabtu pekan terahir di bulan September, disela-sela acara kongres XXIV PWI di kota Solo, salakaNews bersma media lain dari Jurnalis Tangerang Raya melakukan petualangan mengunjungi Astana Giribangun, dimana tempat ini merupakan Mausoleum bagi keluarga Presiden Republik Indonesia ke-2, Soeharto.
Kompleks makam ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 35 km di sebelah timur kota Surakarta. Untuk menuju kompleks ini pengunjung dimanjakan oleh eksotiknya pemandangan alam yang menawan. Jalan berkelok melewati hamparan padi menghijau, sementara di beberapa lokasi terlihat kebun palawija yang siap di panen oleh masyarakat tani setempat.
Makin dekat ke lokasi, posisi jalan mulai menanjak dengan jalan mungil tidak selebar jalan pada umumnya, jika kendaraan berbeda arah pada saat yang sama, harus ada kendaraan yang mengalah ke pinggir dan berhenti sejenak, agar kendaraan lain bisa lewat.
Tak selang waktu yang lama, mulai terlihat dari kejauhan beberapa kontruksi bangunan menyembul, dengan ornament yang menawan. Bangunan khas gaya arsitektur jawa. Di lokasi terdapat halaman parkir yang sangat luas, dilihat dari tata ruang yang ada lokasi parkir yang luas ini sengaja diperuntukan bagi pengunjung.
Pintu utama Astana Giribangun terletak di sisi utara. Sisi selatan berbatasan langsung di jurang yang di bawahnya mengalir Kali Samin yang berkelok-kelok indah dipandang dari areal makam. Terdapat pula pintu di bagian timur kompleks makam yang langsung mengakses ke Astana Mangadeg.
Selain bangunan untuk pemakaman, terdapat sembilan bangunan pendukung lainnya. Di antaranya adalah Masjid, rumah tempat peristirahatan bagi keluarga Soeharto jika berziarah, kamar mandi bagi peziarah utama, tandon air, gapura utama, dua tempat tunggu atau tempat istirahat bagi para wisatawan, rumah jaga dan tempat parkir khusus bagi mobil keluarga. Di bagian bawah, terdapat ruang parkir yang sangat luas., Terdapat puluhan kios pedagang di Areal ini yang berjualan suvenir maupun makanan untuk melayani peziarah dan wisatawan. Selain itu di atas bagian bawah tempat ziarah ada tempat pengambilan gambar foto bagi pengunjung atau peziarah yang ingin berfoto di lokasi tersebut.
Sularno (38) Penjaga Astana Giribangun ketika berbincang dengan SalakaNews mengatakan, tiap harinya pengunjung yang datang ke tempat ini tidak kurang dari dua hingga tiga ratus pengungjung, bahkan kata dia pada hari sabtu dan minggu pengunjung yang ingin melakukan ziarah ke tempat ini cukup banyak. Sularno menyebutkan pada minggu pekan lalu (22-23, September,2018) jumlah pengunjung mencapai 2000-an orang. Hal itu terlihat dari data pengunjung yang terdapat pada buku catatan petugas.
Tentunya pengunjung yang datang ke tempat ini dari berbagai daerah yang ada di Indonesia baik dari Aceh hingga Papua,“ ujarnya.
Sementara jumlah pegawai yang merawat dan mengelola kompleks makam ini sebanyak 32 orang, dengan rincian pertip harinya kurang lebih delapan orang, mereka bekerja sesuai tugasnya masing-masing, dari mulai tukang parkir, pengamanan lokasi, penjaga kebersihan, dan lain-lain.
Di beberapa sekolah di daerah terdekat, jika pada musim libur pihak sekolah kerap mengajak anak didiknya untuk berkunjung ke tempat ini, hal itu guna mengenalkan kepada siswa untuk mengetahui kiprah almarhum Soeharto semasa hidupnya sebagai pemimpin bangsa.
Sulirno juga mengatakan para pelancong yang datang untuk berziarah tidak hanya dari kalangan warga biasa tapi juga berbagai kalangan, bahkan beberapa tahun terahir, para pejabat tinggi militer kerap datang mengunjungi tempat itu. Hal itu dibuktikan dari pantauan salakanews terpampang sepanduk ucapan selamat datang kepada penglima TNI beserta rombongan di tempat itu.
Sebagai mana mengutif Wikipedia, diketahui Astana Giri Bangun didirikan pada tahun 1974 oleh Yayasan Mangadeg Surakarta, dan diresmikan penggunaannya pada tahun1976 yang ditandai dengan pemindahan jenazah Soemaharjomo (ayah Tien Soharto) dan Siti Hartini Oudang (kakak tertua Ibu Tien), yang keduanya sebelumnya dimakamkan di Makam Utoroloyo, salah satu makam keluarga besar keturunan Mangkunegaran yang berada di Kota Solo.
Menariknya,yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah penasihat, pengurus harian serta anggota pengurus Yayasan Mangadeg yang mengelola pemakaman tersebut. Termasuk yang berhak dimakamkan di tempat itu adalah pengusaha Sukamdani Sahid Gitosardjono beserta istri. Menurut Sularni, penjaga makam itu, Meski masih keluarga besar Soeharto akan tetapi jika tidak ada dalam kepengurusan yayasan, maka mereka tidak berhak dimakamkan di kompleks itu ketika meninggal.
Makam yang luas itu terdiri dari beberapa bagian. Diantaranya bagian utama yang disebut Cungkup Argosari yang berada di dalam ruangan tengah seluas 81 meter persegi dengan dilindungi cungkup berupa rumah bentuk joglo gaya Surakarta beratap sirap. Dinding rumah terbuat dari kayu berukir gaya Surakarta pula.
Di ruangan ini hanya terdapat lima makam. Sebelah paling barat adalah makam Siti Hartini, di tengah terdapat makam pasangan Soemarharjomo (ayah dan ibu Tien) dan paling timur adalah makam Ibu Tien Soeharto. Tepat di sebelah barat makam Ibu Tien terdapat makam Soeharto.
(tim)