15 Th Berpisah, Reuni PERWIRA Baitul Hamdi Angkatan Pertama Ahirnya Digelar

0
537
views
Reuni Akbar PERWIRA Baitul Hamdi angkatan Pertama Kp Naggorak, Menes, Pandeglang (foto: tam/salakaNews)

Pandeglang, SALAKANEWS.com- Alumni Pesantren Wirausaha Agribisnis (PERWIRA) Baitul Hamdi menggelar reuni akbar yang berlokasi di Kampung Nanggorak, kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang. Reuni akbar ini pertama kali digelar setelah 15 tahun lamanya telah berpisah.

Anto, alumni angkatan pertama sekaligus inisiator acara dalam kesempatan tersebut mengatakan, acara reuni pertama ini baru terwujud ketika silaturahim lewat medsos mulai ada, komunikasi pun mulai berjalan, meski begitu kata dia, sebetulnya rencana ini telah lama diusulkan namun belum terealisasi.

“rencana (reuni)ini sebetulnya telah lama digagas, namun belum juga terwujud, tapi Alhamdulillah hari ini tibalah waktunya,” ujar Anto. (Minggu, 16/6/2019)

Pendiri Yayasan Baitul Hamdi Bunda Neng Nurcahyati dan alumni PERWIRA Baitul Hamdi angkatan Pertama berfose seusai ramah tamah di baitul Autbond milik Baitul Hamdi (foto: tam/salakaNews)

Anto merupakan alumni angkatan pertama yang dipercaya oleh pimpinan yayasan untuk mengurus baitul Hamdi, dari sinilah kemudian ide reuni itu dilaksanakan.

Sementara pimpinan Yayasan Baitul Hamdi Neng Nurcahyati yang akrab dipanggil Bunda pada kesempatan tersebut mengatakan rasa haru sekaligus bangga terhadap anak didiknya yang telah dewasa dan memiliki khidupan masing-masing secara mandiri.

“bunda sangat terharu sekaligus bangga pada kalian, yang dulu sangat lugu dan agak bandel, tapi di luar dugaan kini telah menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungan,” ujarnya seraya mengusap linangan air mata.

Pendiri Yayasan Baitul Hamdi Neng Nurcahyati bersama Suami saat menyampaikan pandangan perkembangan Baitul Hamdi di acara reuni PERWIRA Baitul Hamdi angkatan pertama (foto: tam/salakaNews)

Lebih lanjut dikatakannya, bahwa dalam membangun Yayasan Baitul Hamdi yang berbasis Wirausaha dan mengedepankan sisi keummatan tidaklah semudah dalam membalikkan tangan, semuanya perlu perjuangan dan pengorbanan, selain itu yang membuatnya tetap bertahan lantaran di dalamnya ada wasiat orang tua, katanya.

“ berdirinya Baitul Hamdi di sini bukan tanfa sebab, karena bunda hanya meneruskan apa yang dititipkan oleh orang tua bunda untuk menjadikan peninggalan tanah ini menjadi lebih bermanfaat bagi lingkungan sekitar, dan pahalanya dapat mengalir terus kepada orang tua,” ujarnya.

Oleh karena itu lanjutnya, kalaupun Baitul Hamdi ini dapat memberikan manfaat bagi anak didiknya, itu tak lain hanyalah sedikit sentuhan saja untuk memotivasi santrinya.

“oleh karena itu support terus kami lewat doa, dan bantu kami dengan pemikiran, karena  doa itulah  yang akan menguatkan,”tandasnya.

Syahri  Alumni PERWIRA angkatan pertama sekaligus mewakili sahabat-sahabat seaangkatannya pada kesempatan itu mengatakan, dirinya tak dapat membalas apa yang sudah diberikan oleh Baitul Hamdi kepadanya, meski demikian doa tulus untuk kebaikan Baitul Hamdi selalu dipanjatkan agar perkembangan dan kemajuan untuk Baitul Hamdi berlimpah.

“di tempat inilah bagaimana saya diajarkan kasih sayang, dan saya berterima kasih kepada pa Pardi atas pengajaran mentalnya yang kini telah menginspirasi dalam hidup saya,” kata Sahri.

Hadir dalam acara itu Pendiri Yayasan Baitul Hamdi Neng Nurcahyati bersama Suami, Mbak Lucy NK, Koh Pardi, Ndin Solahudin, M. Adi MH,  dan beberapa mantan pengurus Baitul Hamdi serta para Alumni mulai dari angkatan pertama hingga angkatan ke empat. Meski tak semua datang tetapi tidak menghilangkan suasana haru dan membahagiakan.

keluarga besar Baitul Hamdi menggelar ‘Babacakan’ merupakan khas suku sunda seusai acara reunian (foto: tam/salakaNews)

Sesama alumni bercengkrama bertukar kabar dan informasi, alumni yang dulu masih terlihat polos dan lugu, kini menunjukan banyak perbedaan. Sebagian besar membawa keluarganya dengan anak-anaknya yang masih laucu-lucu dan menggemaskan.

Acara dibuat dalam bentuk lesehan, sementara masing-masing dari alumni diberi kesempatan untuk berkisah menceritakan perjalanan hidupnya selama lepas dari Baitul Hamdi hingga kini.  Setiap kisah yang disampaikan oleh masing –masing peserta reuni semuanya memiliki cerita yang istimewa dan menginspirasi, dan tentunya sangat berkesan.

Ada banyak cerita haru dan berliku sekaligus juga lucu yang disampaikan oleh peserta, hingga suasana pun menjadi cair penuh keakraban.

Kini para alumni telah berkiprah di berbagai bidang, mulai dari pengajar, dosen, pengusaha, birokrat, pemimpin yayasan sosial, politisi, prakitisi media, dan lain-lain.

Di penghujung sarasehan ada acara makan-makan yang beralaskan daun pisang yang dipapar dengan nasi dan lauk-pauknya dituangkan di atasnya, sementara peserta reuni duduk melingkar berhadap-hadapan dan menikmati hidangan makanan yang telah dihidangkan di atas daun pisang tersebut, (gaya makanan ini dalam kultur suku sunda disebut Babacaka).

Seusai makan-makan atau ‘babacakan’ dilanjutkan dengan foto bersama, dengan mengambil  suasana lokasi diruang sarasehan dan juga di luar ruangan yang masih asri dan sejuk.

(tama/redaksi)