Tim Relawan PWI dan SMSI Babel, Pulihkan keceriaan Anak di Pengungsian

0
410
views
Tim Relawan PWI dan SMSI saat menyalurkan bantuan dan sekaligus mnghibur para pengungsi di Donggala, Sulawesi Tengah. (foto: dok)

Donggala, salakaNews– Sejumlah Relawan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dan SMSI (Serikat Media Syber Indonesia) patut diapresiasi ketika memasuki daerah yang kini porak poranda akibat diterjang bencana Tsunami dan Gempa, tepatnya di Donggala, Sulawesi Tengah. Mereka memasuki wilayah ini tak hanya sekedar mencari berita untuk disiarkan ke khalayak, tapi juga punya andil sebagai manusia yang memiliki rasa empati dan humanisme.

Bagaiaman tidak, para pewarta yang menamakan dirinya sebagai relawan PWI dan SMSI ini ikut serta dalam membantu penanganan korban Bencana, mereka turut mendistribusikan bantuan yang dikumpulkan dari masyarakat Bangka Belitung untuk para korban sekaligus menghibur anak-anak di tempat pengungsian.

Pada hari Kamis, 11 Oktober 2018, tim relawan PWI – SMSI Bangka Belitung memberikan hadiah kepada Adim atas hasil karyanya dalam menggambar. Adim bersama puluhan anak-anak korban terdampak bencana gempa bumi dan tsunami, tepatnya  di Desa Marana, Kecamatan Sindue, Donggala, Sulawesi Tengah.

Tim Relawan PWI dan SMSI dari Bangka Belitung, salurkan Bantuan untuk korban Gempa dan Tsunami di Donggala, SUlteng. (foto: dok)

Adim bersama teman-temannya merasa terhibur atas peran aktif yang dilakukan oleh pihak relawan PWI dan SMSI itu. Mereka diajak bermain bersama oleh tim relawan yang datang dari Negeri Laskar Pelangi, ini.

Tersenyum malu-malu, Adim membentangkan selembar kertas hasil karyanya menggambar, di depan dada. Bocah enam tahun yang saat ini menjadi pengungsi itu bersiap untuk difoto. Jepret!

Kegembiraan yang terpancar dari wajah Adim dan anak-anak lainnya tak berbanding lurus dengan keadaan yang saat ini di mana ia tinggal. Mengandalkan tempat seadanya dengan tenda-tenda yang dipasang sebagai tempat pengungsian di sebuah lapangan bola. Adim bersama teman-temannya paling tidak sedikit terobati dari rasa traumatic yang ditimbulkan oleh bencana alam.

Tim Relawan PWI dan SMSI saat menyalurkan bantuan dan sekaligus mnghibur para pengungsi di Donggala, Sulawesi Tengah. (foto: dok)

Peran relawan PWI dan realawan SMSI sangat berpengaruh pada kondisi psikis Adim dan teman-temannya.

Koordinator Relawan PWI – SMSI Bangka Belitung, Nico Alpiandy mengatakan, salah satu tujuan datangnya tim relawan PWI dan SMSI ke lokasi gempa di Donggala ialah untuk mengembalikan keceriaan anak-anak dari traumatic yang saat ini menghantui mereka.

“Kita mau adik-adik dan anak-anak kita ini bisa bergembira, bermain bersama. Mereka nggak boleh larut dalam kesedihan,” kata Koordinator Relawan PWI – SMSI Bangka Belitung, Nico Alpiandy.

Lebih lanjut Nico menjelaskan, selain mengajak anak-anak bermain bersama, Tim Relawan PWI – SMSI Bangka Belitung juga membagikan sejumlah barang dan kebutuhan bagi pengungsi di pesisir pantai barat Donggala.

“Atas petunjuk rekan jaringan kita, Bang Heru dari SMSI Sulawesi Tengah, kita menyasar daerah pesisir pantai barat Donggala ini. Barang bantuan langsung kita antarkan ke titik-titik lokasi tenda pengungsian,” ujarnya.

anak-anak korban Gempa dan Tsunami di donggala, kini berada di pengungsian, mereka dihibur oleh relawan PWI dan SMSI dari Babel, guna memulihkan kondisi psikis yang masih trauma akibat terjadinya bencana alam. (foto: dok)

Sedangkan barang dan kebutuhan yang dibagikan untuk pengungsi korban bencana diantaranya berupa dua ton beras dan ratusan terpal. Juga ada ratusan paket kebutuhan untuk bayi yang terdiri dari susu, biskuit bayi, diapers, minyak telon, bubur bayi, dan tissue basah. Bantuan tersebut dihimpun dari masyarakat Bangka Belitung.

“Bantuan ini kita himpun dari masyarakat Bangka Belitung. Semoga saudara-saudara kita di Sulawesi Tengah yang sedang berduka, bisa segera bangkit,” kata Nico.

Pada saat yang sama, anak-anak terlihat riang gembira dalam mengikuti permainan yang digelar oleh pihak relawan PWI dan SMSI, bocah-bocah itu juga bermain lempar gelang untuk mengasah kerjasama mereka. selain itu mereka juga bermain seni peran atau drama dalam permainan bertema ‘buta, tuli, bisu’. Sorak-sorai para bocah berikut orang-orang tua yang menyaksikannya membuat suasana bertambah semarak. Semua terlihat bergembira. Sejenak melupakan kesedihan musibah gempa yang beberapa hari sebelumnya mendera mereka.

(tam)