Potret Kehidupan Santri Pondok Modern dan Santri Pondok Salafi

0
3591
views
Pon-Pes Al-Mizan Putri, Cikole, Majasari Pandeglang Banten. (foto: dok)

Salakanews, Pandeglang- Pesantren merujuk pada pengertian Kamus Umum Bahasa Indonesia versy online adalah sebuah tempat dimana para santri tinggal dengan tujuan menuntut ilmu, ilmu yang digali terutama ilmu agama (islam) secara mendalam. Pada masa penyebaran Islam ke Nusantara Pesantren yang didirikan oleh para ulama di Indonesia masih dalam bentuk tradisional, seperti atap yang terbuat dari rumbia, dan dinding yang terbuat dari bilik bamboo atau sejenisnya. Dengan metode pembelajaran ngaji Al-qu’ran atau kitab-kitab kuning secara  sorogan, selain itu sisi kehidupan santrinya dituntut secara mandiri, mulai dari masak, mencuci, dilakukan secara mandiri.

Cara inilah masyarakat menyebutnya sebagai pesantren salafi atau pesantren salaf. tetapi semakin berkembangnya perubahan zaman, kini pondok pesantren bukan hanya ‘kobong’ saja, namun sudah banyak pula Pondok Pesantren yang berbasis modern.

Di Pandeglang misalnya, salah satu pondok konsep modern diterapkan di Pesantren Al-mizan yang berlokasi di Cikole, Majasari tidak jauh dari pusat kota Pandeglang, begitu juga dengan Pondok Pesantren Modern Daar El Falah yang ada di Mandalwangi, Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlas, dan masih banyak lagi Pon-Pes berkonsep modern lainnya, namun demikian Pondok Pesantren Salafi yang ada di Pandeglang jumlahnya lebih mendominasi, mengingat daerah ini pernah dijuluki sebagai ‘Kota Sejuta Santri Dan Seribu Ulama’.

Salakanews, mewawancarai sejumlah santri yang pernah merasakan di dua pondok dengan system yang berbeda. Salah satunya M.Sofyan, santri yang pernah mengalami kehidupan di dua pesantren yang berbeda yaitu pesantren modern dan juga salafi ini mengatakan, sedikit banyak perbedaan antara keduanya,. Sofyan mengatakan salah satu ciri dari pondok modern bisa dilihat dari sisi lahiriyah santrinya. Dalam kehidupan sehari-hari mereka sering mengenakan dasi dan kemeja pada hari-hari tertentu, sementara pada saat yang lain mereka menggunakan Jas dan seragam bergaya kantoran.

“Kalo di modern (Pesantren) lebih mengutamakan bahasa, kedisiplinan berpakaian, namun kurang dalam hal memahami kitab gundul. Sedangkan kalo di salafi ketika kita ngaji atau mengkaji suatu kitab gundul, itu sampai ke akar-akarnya,” terang Sofyan pada Salakanews (10/02/18).

Lebih jauh Sofyan menjelaskan, pondok modern lebih dominan mengeluarkan biaya yang cukup tinggi, maklum karna jika di pondok modern santri hanya focus pada belajar secara sungguh-sungguh, mereka tidak dibebani memasak, karena memang sudah ada petugasnya. Begitu juga dengan mencuci (meskipun masih banyak santri yang memilih untuk mencuci sendiri), selain itu kelebihan yang diberikan di Ponpes Modern ini  ada sarana yang tersedia untuk menumpahkan segala minat dan bakat mereka, karena pondok menyediakan fasilitas, seperti alat Marching band, alat band, kepramukaan dan lain sebagainya. itulah kenapa Ponpes ini mayoritas berasal dari kalangan yang secara ekonomi terbilang cukup.

salah satu bentuk bangunan pesantren Salafi, dengan ciri khas berdinding bilik bambu.
(foto:dok)

Sedangkan di pondok Pesantren Salafi, santri benar-benar dituntut untuk mandiri, memasak, mencuci, dan kegiatan lainnya mereka mengerjakannya sendiri, sehingga dari sisi biaya dapat dijangkau oleh semua golongan. Kelebihanya ialah Santri dapat dengan tuntas menguasai kitab kuning atau ada juga yang menyebut kitab gundul, pola pengajaran yang dilakukan di salafi berbeda dengan pondok modern, di Salafi (ponpes-red.) untuk mempelajari sebuah kitab harus dimulai dari dasar, seperti Amil dan jurmiah, ada nahwu dan Sorof, dan banyak lagi pelajaran lainnya, sehingga ketika telah menguasai kunci pembuka kitab kuning maka dapat dipastikan seorang santri dapat menguasai sampai ke akar-akarnya.

Maka tidak heran ketika melihat santri pondok modern fasih dengan bahasanya tetapi kurang menguasai kitab kuning atau kitab gundul, sementara ketika melihat santri dari pondok salafi kurang menguasi bahasa tetapi ia dapat menguasai kitab kuning.

Karna keduanya mempunya kelebihan dan kekurangan tersendiri, namun keduanya akan sangat menarik jika digabungkan  yang kemudian akan tercipta suatu pemahaman akan ilmu agama secara luas dan mendalam.

Sementara Ahmad Yayan merupakan alumni Pondok Pesantren Salafi Riyadul Falah menggambarkan, ciri khas yang melekat pada pondok pesantren salafi santri ialah selalu berbaur dengan masyarakat, sehingga tidak ada kesan ekslusive.

meskipun pada jam-jam tertentu santri mengerjakan kewajiban yang sudah diatur di pesantren, tetapi pekerjaan wajib itu akan menyesuaikan pada saat ada kegiatan di salah satu rumah penduduk ata warga sekitar yang berdekatan dengan pondok slalaf untuk guyub bersama mereka, sebagai contoh ada undangan riungan di salah satu rumha warga kepada kiyai, maka sudah biasanya sang kiyai akan menghadiri undangan dari warga itu dengan membawa sejumlah santrinya. Sementara acara –acara yang sering dihadiri oleh Kiyai maupun santri itu ialah ketika menghadiri acara syukuran, selamatan, cukuran, sunatan, nikahan, dan mentahlilkan orang yang baru meninggal.

“ya kalo salafi kita tidak ada peraturan ini itu, karna itu kembali lagi pada kesadaran masing-masing, tapi ya memang jelas berbeda antara modern dengan salafi. Kalo salafi kita sering diajak ngeriung kalo modern tidak, kalo salafi ya kegiatannya ga jauh dari ngeliwet sama ngaji, kalo modern mungkin lebih banyak kegiatannya” tuturnya pada wartawan salakanews.

Dari segi berpakaian terlihat jelas perbedaanya, jika santri pondok salafi mayoritas selalu menggunakan sarung dan juga kopeah, sedangkan santri pondok modern mayoritas menggunaka celana bahan dan kemeja dengan baju yang dimasukan secara rapih untuk laki-laki, sedangkan bagi perempuan, santri pondok salafi mayoritas menggunakan kain renda ala kebaya dipakai seperti rok dalam kesehariannya, sedangkan santri pondok modern mayoritas menggunakan gamis beserta kerudung ‘turbo’ dengan bahan yang tebal.*

Rep: Ila/Sela/

Ed: tam