salakaNews.com – Pemerintah Indonesia melalui kementerian Pertanian mengimpor ribuan ton gula kristal putih, yang saat ini dilakukan oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Bisnis ini jadi bisnis utama RNI dengan total produksi gula pada tahun 2020 mencapai 200 ribu ton.
Sementara menjelang pertengahan tahun ini atau menjelang bulan ramadhan RNI telah menerima enam ribu ton gula Kristal putih impor dari total 75 ribu ton gula dalam penugasannya di tahun ini.
Pihaknya mngkalim impor gula dilakukan guna mengantisipasi kelangkaan gula menjelang hari raya keagamaan, seperti bukan ramadhan dan menjelang hari raya idul Fitri dan idul adha atau hari besar lainnya.
Direktur utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Arief Prasetyo Adi mengatakan, tahap pertama pada Ahad (28/3) gula impor telah datang ke pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta sebanyak 6(enam) ribu ton gula kristal.
“Ditargetkan gula tersebut mulai mengisi pasar konsumsi menjelang puasa dan lebaran agar dapat memenuhi lonjakan permintaan” kata Arief dalam keterangan persnya seperti dikutip salakaNews dari CNBC Indonesia. Kamis (01/4/2021).
Arief menambahkan, impor gula selanjutnya akan datang pada ke pelabuhan Belawan Medan sebanyak 15 ribu ton.
Berikutnya akan datang lagi gula impor selanjutnya ke pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 24 ribu ton selama kuartal kedua dan ketiga pada tahun ini.
Gula kristal putih (GKP) itu kata Arief dipastikan akan segera didistribusikan ke pasar konsumsi rumah tangga yang diprediksi akan meningkat menjelang puasa dan lebaran.
Pihaknya juga menggandeng anggota BUMN klaster pangan lainnya dalam rangka mengamankan komoditas gula, yakni BGR Logistik, Berdikari Logistik Indonesia, anak perusahaan PT Berdikari, untuk melakukan bongkar muat dan menyiapkan pasilitas pergudangan.
Sementara Sekretari Jenderal Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri), Nur Khabsin mengatakkan sebaiknya Pemerintah tak perlu Impor Gula, mengingat Sisa Impor tahun Lalu masih tersedia untuk kebutuhan tahun ini.
“Stok Akhir tahun 800.000 ton berarti ini dipakai mulai januari 2021 kalau 800.000 ton cukup empat bulan, januari hngga april,” kata Nur, sisa gula diimpor masih banyak akan mempengaruhi harga jual petani, kejadian ini terlualng lagi tahun lalu sisa stok gula impor asih banyak juga,” Tandas Nur seperti dilansir kumparan.com Sabtu (10/4).
Melalui kementerian pertanian memperkirakan produksi gula hingga Maret 2021 hanya 11.837 ton.
Sementara kebutuhan gula konsumsi mencapai 688433 ton. sampai Desember tahun lalu, masih ada stok gula sebesar 804.685ton.
Tahun ini impor gula mencapai 646.944 ton. Sementara untuk tahun lalu impor gula konsumsi sebanyak 438.802 ton.
Pemerintah menyatakan, kenaikan impor untuk memastikan pluktuasi harga tidak terulang pada 2021.
Sebagaimana diketahui tahun lalu harga gula mencapai Rp17.000 per kg. Padahal harga eceran tertinggi ditetapkan Rp12.500 per kg.
Thailand yang menjadi langganan impor gula Indonesia dikabarkan mengalami panen tebu yang buruk.
Selain itu Thailand juga menjadi importir gula terbesar bagi Indonesia, setidaknya 80% yang dipasok dari Thailand untuk Indonesia.
(red)