Rebo Wekasan
SALAKANEWS.com – Sebagaimana dikutif dari kitab Nihayatuzzen Fi Irsyadil Mubtadiin Karya Syekh Abu ‘Abdil Mu’thi Muhammad Bin Umar Bin ‘Ali NawawiAljawi Albantani Halaman 67 menerangkan bahwa Rebo Wekasan atau hari Rabu akhir di bulan Shofar dikenal sebagian ulama sebagai Rabu (waktu/masa) yang akan diturunkannya musibah.
Menukil dari sejarahnya baginda nabi besar Muhammad SAW, Rabu wekasan ialah hari dimana Nabi Muhammad mulai sakit sebelum kemudian beliau wafat pada bulan Rabiul Awal.
Diterangkan juga bahwa pada Rabu Wekasan akan diturunkan musibah/bala’ sebanyak 3200 musibah di awal subuh hari tersebut. Berdasarkan keterangan tersebut umat Islam dianjurkan melakukan ikhtiar berupa amalan-amalan dan doa agar terhindar dari musibah tersebut.
Berikut keterangan tentang Rebo Wekasan.
وَقَالَ الْعَلَّامَةُ الشَّيْخُ الدَّيْرَبِيُّ فِيْ مُجَرَّبَاتِهِ
فَائِدَةٌ: ذَكَرَ بَعْضُ الْعَارِفِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْكَشْفِ وَالتَّمْكِيْنِ في كتاب كنز النجاح / فتح الملك المجيد / جواهر الخامس جلد 2 /مشكاة الانوار جلد 3 / الاتحاف جلد 1 أَنَّهُ يَنْزِلُ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ ثَلَاثُمِائَةِ أَلْفِ بَلِيَّةٍ وَعِشْرُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْبَلِيَّاتِ، وَكُلُّ ذَلِكَ فِيْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ الْأَخِيْرِ مِنْ صَفَرَ؛ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ الْيَوْمُ أَصْعَبَ أَيَّامِ السَّنَةِ؛
فَمَنْ صَلَّى فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُوْرَةَ (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ) سَبْعَ عَشْرَةَ مَرَّةً وَالْإِخْلَاصِ خَمْسَ مَرَّاتٍ، وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ مَرَّةً مَرَّةً، وَيَدْعُوْ بَعْدَ السَّلَامِ بِهَذَا الدُّعَاءِ حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى بِكَرَمِهِ مِنْ جَمِيْعِ الْبَلَايَا الَّتِيْ تَنْزِلُ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَلَمْ تَحُمْ حَوْلَهُ بَلِيَّةٌ مِنْ تِلْكَ الْبَلَايَا إِلَى تَمَامِ السَّنَةِ
Artinya: “Al-‘Allamah Syekh Ad Dairabi berkata dalam Mujarrabatnya:
Faedah: Sebagian orang yang ma’rifat (Al-‘Arif Billah) dari ahli kasyaf dan tamkin menyebutkan: setiap tahun, turun 320.000 cobaan. Semuanya itu pada hari Rabu akhir bulan Shafar, maka pada hari itu menjadi paling sulitnya hari di tahun tersebut.
Barang siapa yang shalat pada hari itu 4 rakaat, yang mana setiap satu rakaat sesudah surat Al-Fatihah dia membaca:
- Surat Al-Kautsar 17 kali
- Surat Al Ikhlash 5 kali
- Al-Mu’awwidzatain (Surat Al-Falaq dan Surat An-Naas) masing-masing satu kali.
Setelah shalat kemudian bertawassul dan membaca:
- Fatihah
- Surah Yasin, bacaan “salaamun qawlan mir rabbir rahiim” dibaca 113x
- Dan setelah itu membaca doa berikut:
بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ،
اَللّـٰـهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوٰى ، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ ، يَا عَزِيْزُ ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ ، اِكْفِـنِيْ مِنْ شَرِّ جَمِيْعِ خَلْقِكَ ، يَا مُحْسِنُ ، يَا مُجَمِّلُ ، يَا مُتَفَضِّلُ ، يَا مُنْعِمُ ، يَا مُكْرِمُ، يَا مَنْ لآَ إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ ، اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّـٰـهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِـيْهِ وَأُمِّـهِ وَبَنِيْـهِ اِكْفِـنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ . يَا كَافِيْ المهمات ويادافع البليات (فَسَـيَكْفِيْـكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ) ، وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آٰلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Bismillahirrahmaanirrahim
Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wasallam
Allaahumma yaa syadiidal quwwa wa yaa syadiidal mihal wa yaa ‘aziiz Yaa man dzallat li’izzatika jamii’u khalqika, ikfinii min syarri jamii’i khalqika yaa muhsinu yaa mujammilu yaa mutafadllilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illaa anta irhamnii birahmatika yaa arhamar raahimiin.
Allahumma bisirril hasan wa akhihi wa jaddihii wa abiihi wa ummihi wa baniihi ikfinii syarra haadzal yaumi wamaa yanzilu fiihi, ya kaafiyal Muhimmat wa yaa dafi’al baliyyaat (fasayakfiikahumullaahu wahuwas samii’ul ‘aliim) wa hasbunallaahu wa ni’mal wakil walaa haula walaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘addhiiim. Washallallahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi washahbihi wa sallam.
Artinya: “Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah pada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya.
Allaahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Daya; Ya Allah, Tuhan Yang Maha mulia dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu,
Peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Baik Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan;
Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu Yang Maha Penyayang.”
HUKUM SHALAT SUNNATT ‘REBO WEKASAN’
Sebagian masyarakat percaya, Rabu Wekasan akan turun musibah dan penyakit, sehingga melakukan ritual tradisi tolak bala. Sementara tidak ada istilah Rebo Wekasan dalam Islam.
Lantas bagaimana hukumnya Shalat Rebo Wekasan untuk tolak bala dalam ajaran Islam?
Melansir laman resmi Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Tebuireng Online, dijelaskan A. Muabrok Yasin, Pengasuh Rubrik Tanya Jawab Fiqh Tebuireng online memang terdapat hadist dhaif atau hadist yang tidak memenuhi syarat sahih, tentang Bulan Safar.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: آخِرُ أَرْبِعَاءَ فِي الشَّهْرِ يَوْمُ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ. رواه وكيع في الغرر، وابن مردويه في التفسير، والخطيب البغدادي..
“Dari Ibn Abbas ra, Nabi Saw bersabda: “Rabu terakhir dalam sebulan adalah hari terjadinya naas yang terus-menerus.” HR. Waki’ dalam al-Ghurar, Ibn Mardawaih dalam at-Tafsir, dan al-Khathib al-Baghdadi. (dikutip dari Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jami’ al-Shaghir, juz 1, hal. 4, dan al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari, al-Mudawi li-‘Ilal al-Jami’ al-Shaghir wa Syarhai al-Munawi, juz 1, hal. 23).
Namun hadist tersebut tidak bisa jadi pegangan.
Selain dla’if, hadits ini juga tidak berkaitan dengan hukum (wajib, halal, haram, dll), melainkan hanya bersifat peringatan (at-targhib wat-tarhib).
Sementara hukum meyakini datangnya malapetaka di akhir Bulan Shafar, sudah dijelaskan dalam hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw bersabda: “Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Shafar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Menurut al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, hadits ini merupakan respon Nabi Saw terhadap tradisi yang brekembang di masa Jahiliyah. Ibnu Rajab menulis: “Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Shafar. Maka Nabi SAW membatalkan hal tersebut. Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya. Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Shafar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu. Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.” (Lathaif al-Ma’arif, hal. 148).
Keputusan musyawarah NU Jawa Tengah tahun 1978 di Magelang juga menegaskan bahwa shalat khusus Rebo Wekasan hukumnya haram, kecuali jika diniati shalat sunnah muthlaqah atau niat shalat hajat. Kemudian Muktamar NU ke-25 di Surabaya (Tanggal 20-25 Desember 1971 M) juga melarang shalat yang tidak ada dasar hukumnya, kecuali diniati shalat mutlaq. (Referensi: Tuhfah al-Muhtaj Juz VII, Hal 317).
Itu artinya, aamalan Shalat Rebo Wekasan jika niatnya adalah shalat Rebo Wekasan secara khusus, maka hukumnya tidak boleh, karena tidak terdapat dalam Syariat Islam.
Namun jika niatnya adalah shalat sunnah mutlaq atau shalat hajat, maka hukumnya boleh-boleh saja.
Shalat sunnah mutlaq adalah shalat yang tidak dibatasi waktu, tidak dibatasi sebab, dan bilangannya tidak terbatas. Shalat hajat adalah shalat yang dilaksanakan saat kita memiliki keinginan (hajat) tertentu, termasuk hajat li daf’il makhuf (menolak hal-hal yang dikhawatirkan).
“Allah menurunkan Bilhi (bala), supaya selamat minta kepada Allah, Shalat Hajat.
Niat Shalat Hajat Li Daf’il Bala’ :
نَوَيْتُ صَلاَةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ
Nawaitu Sholatal Khaajati Lida’fi lbalaai
Shalat terdiri dari 4 rakaat.
(redaksi)