Salakanews, Pandeglang- Muhammad Zildan, Balita usia 3,5 tahun yang merupakan buah hati dari pasangan Kaman (29) dan Juleha (25), Warga Kampung Lampis, Desa Tarumanagara, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang-Banten. Kini bayi terbaring lemah tak berdaya karena menderita hidrosefalus (penumpukan cairan pada rongga otak) dan sotoplasma (bawaan lahir) hingga membuat tidak tumbuh berkembang seperti balita pada umumnya, Kamis, 04 Januari 2017.
Herannya, pada saat Juleha melahirkan bayi terlihat segar dan tidak terlihat gejala apapun, namun pada saat usia enam bulan, bayi M. Zildan tidak bisa tengkurap. Hal itu pun langsung mengundang rasa kekhawatiran seorang ibu.
Tak menunggu lama, Juleha pun melakukan Konsultasi ke Bidan terdekat di kampung Babakan Bungur.
Kepada Salakanews Juleha menuturkan berdasarkan keterangan yg ia dapat dari Bidan itu bahwa kondisi kesehatan anaknya baik-baik saja. “Itu wajar saja bu, perekembangan bayi itu berbeda-beda, ada yg cepat dan ada yang lambat” ujar Bidan Suhanah seperti yg dituturkan Juleha, dua tahun sembilan bulan lalu.
Setelah mendapatkan pencerahan tersebut, Juleha kembali pulang dan merawat bayi M. Zildan seperti biasa. Namun setelah satu tahun berjalan gejala itu semakin terlihat jelas, badannya tidak berkembang dan tidak tumbuh tapi malah menyusut, tidak bisa menangis, tidak bisa berbicara dan tidak mengeluarkan keringat lantaran pori-pori kulit yang tertutup, bahkan suhu tubuhnya tergantung pada cuaca, jika cuaca panas maka suhu tubuhnya pun ikut panas dan jika musim dingin maka suhu tubuhnya pun dingin. Ironinya, untuk menelan makanan pun harus memakai selang dan itupun harus berbentuk cair.
Juleha mengaku, sempat ada bantuan susu bubuk dari Kepala Puskesmas Cigeulis, itupun saat usia M. Zildan 2,5 tahun, “Sekitar setahun yang lalu, Pak Wahyu selaku Kepala Puskesmas Cigeulis berkunjung dan memberikan bantuan berupa susu bubuk, namun sekarang sudah tidak lagi”, ujar Juleha kepada Salakanews (04/01).
“Dulu dede (sapa M. Zildan-red) sering check up“, lanjut Juleha, “ke Rumah Sakit pake BPJS, tapi sekarang sudah tidak, sudah setahun yang lalu, soalnya BPJS-nya sudah lama tidak disetor biaya perbulannya, punya dede ini BPJS mandiri”, papar Juleha.
Kurangnya perhatian dari Pemerintah setempat, memaksa Juleha untuk menghentikan memberikan susu formula kepada M. Zildan dan menggantinya dengan susu kaleng, hal itu diungkapkan Uun (32), yang merupakan salahsatu tetangganya.
“Harusnya ini neng (sapa Wartawan-red), dede Arif (sapa M. Zildan-red) minum susunya yang formula khusus, tapi karena tidak punya uang, terpaksa harus pake susu kaleng. Ditambah bapak si dede kerjanya tidak nentu, soalnya cuma kuli bangunan”, pungkas Uun kepada Salakanews.
“Kami berharap”, lanjut Uun, “semoga bayi Arif bisa menjalani pengobatan rutin kembali dan berangsur sembuh dari penyakitnya”, seraya mengatakan dengan harapan M. Zildan segera tertangani.
Informasi yang dihimpun Salakanews, Bidan Yeyet Sulastri, selaku bidan Desa Tarumanagara merujuk M. Zildan ke RSUD Pandeglang selama tujuh hari, kemudian ditangani oleh Dokter Teti dan Dokter Syarif yang merupakan Dokter ahli saraf, keduanya mendiagnosa bahwa M. Zildan terkena sotoplasma (penyakit bawaan) dan hidrosefalus yang menyebabkan M. Zildan tidak dapat berkembang seperti balita pada umumnya. Hal itu diakibatkan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Saat ini Kondisi M. Zildan masih sangat mengkhawatirkan lantaran penyakitnya yang belum mendapatkan perawatan lebih lanjut. Belum ada responship dari intansi terkait, baik daerah maupun kota. Dan, Wartawan salakanews belum konfirmasi, hingga berita ini diturunkan.
Reporter : Ila dan Sella.
Editor : Encep Suhendi.