SERANG, salakaNews – Sejumlah Tokoh masyarakat, Ulama dan Kiyai NU beserta Pengurus Ansor Anyer, Kabupaten Serang berkomitmen akan menghidupkan kembali NU secara kelembagaan. Hal itu mengingat secara kultur dan praktik tradisi NU sangat kental di tengah-tengah masyarakat Anyer.
Oleh karena itu melalu acara silaturahim antara pengurus anak cabang (PAC) Ansor beserta para Kiyai dan ulama se-kecamatan Anyer menggelar musyawarah dengan tema ‘Mengupas Kembali Sejarah Nahdlatul Ulama kecamatan Anyer’, yang dihelat pada Sabtu malam (25/07/2020), di Majelis Raudlatul Ulum Athaiyah Kampung Jaha, Desa Sindang Mandi, Kecamatan Anyer, Serang-Banten.
Acara itu digelar sekaligus memilih ketua baru Majelis Wakil Cabang(MWC) NU Anyer. komite pelaksana dalam laporannya mengatakan, silaturahmi antar kyai tersebut dilakukan dalam rangka meorganisir kembali serta menghidupkan kembali marwah kelembagaan NU yang dinilai telah lama padam.
Meski secara tradisi praktik ke-NU-an masih kental di wilayah Anyer, namun secara organisasi masih belum tampak. Oleh karena itu momen tersebut dimaksudkan sebagai itikad para kiyai untuk membenahi NU di lingkungan sekitar sehingga dapat memaksimalkan sisi manfaat organisasi untuk kemaslahatan ummat.
Selain ajang memperat tali silturahmi antar kiai se-kecamatan, tujuan lain kegiatan itu adalah sebagai forum pengenalan anak-anak muda terhadap kiai-kiai NU di Anyer.
kegiatan musyawarah ini juga bertujuan untuk membawa kembali semangat organisasi ke-NU-an, melalui pemilihan ketua baru diharapkan dapat mengaktifkan kembali banom-banom NU yang telah mati serta perbaikan kelembagaan di tubuh Majelis Wakil Cabang NU.
- Ade Wajdi, Rois Syuriah MWC NU Kecamatan Anyer dalam sambutannya mengatakan, tradisi NU di Kecamatan Anyer itu sangat kental, namun secara organisasi nampaknya tidak hidup, juga tidak mati.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan NU di daerah lainnya yang ada di wilayah Jawa, mereka secara organisai begitu aktif. Padahal kata Ade, lahirnya NU di Jawa (Jombang) tak terlepas dari peran para kyai di Banten. Hal ini dapat dilihat dari tiga ulama NU yang memberikan izin terbentuknya wadah organisasi bagi para ulama tersebut, dimana dua di antaranya berasal dari Banten.
“Karena tokoh NU yang tiga itu, yang telah memberikan izin mendirikan wadah para ulama yang sekarang bernama NU itu ada 3. Yaitu Syaikhona Kholil Bangkalan, Syekh Nawawi Tanara Banten dan Syekh Ahmad Jaha. Karena yang dua ini di Banten, maka ruhnya (Nahdlatul Ulama) itu di Banten. Dan jasad tanpa ruh itu (akan) mati” Ujar KH. Ade Wajdi.
Oleh karena itu, Ade berharap, dengan adanya silsilah yang erat antara Banten dengan sejarah lahirnya NU, maka kegiatan NU di Banten (khususnya di Anyer) ini tak pernah padam sehingga bisa mengembalikan ruh NU tersebut.
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Rois Syuriah, Rois Tanfidziyah baru MWC NU terpilih, Kyai Jamaksari menyampaikan komitmennya dalam menghidupkan NU di Anyer. “Anyer (di)jadikan kota NU” ujarnya singkat.
Apa yang dicita-citakan oleh para kyai Anyer untuk mereduksi gerakan NU di wilayahnya memang tampak logis. Apalagi berdasarkan catatan Mufti Ali, Peneliti Sejarah dan Kebudayaan Banten, Syekh Ahmad Jaha merupakan salah satu kiyai besar Banten yang namanya kini dijadikan nama sebuah kampung di Kecamatan Anyer, yakni kampung Jaha, lokasi dimana silaturahmi antar kyai tersebut diadakan.
Sementara itu, Sekretaris Umum PCNU Kabupaten Serang, KH. Muhyidin Arif menjelaskan, mengenai tugas NU dalam hal organisasi. Bahwa tugas NU adalah untuk menjaga agama, aqidah, negara, dan tanah air. Karena itu menurutnya, antara ulama dan umaro tidak bisa dipisahkan dan harus bergandengan tangan.
“NU bertaggung jawab sampai kapan pun untuk keamanan negara. Karena di situ ditekankan hubbul wathan minal iman.” Dia juga mengatakan bahwa NU itu didirikan oleh masyaikh yang salah satunya adalah hadratus syekh KH. Hasyim Asy’ari yang berpesan “barang siapa yang mengurusi NU akan aku anggap sebagai santriku dan aku doakan khusnul khotimah beserta anak cucunya”. Tandasnya.
Editor: tam
Contributor: Nal