Oleh: Husni Mubarok, M. IKom.
Artis memiliki modal popularitas ketika beralih menjadi Youtuber sehingga membuat mereka lebih mudah dan cepat memiliki viewer dan subscriber. Akan tetapi konten yang ditawarkan menjadi kata kunci, karena untuk mempertahankan viewer tetap tinggi bergantung pada konten yang menarik, tidak monoton dan ditunjang dengan kualitas gambar dan suara yang baik.
Kasus Covid-19 di Indonesia takkunjung reda. Relaksasi PSBB malah mengakibatkan Virus Corona semakin rajin menyasar masyarakat Indonesia yang kian hari kian acuh dengan protocol kesehatan. Angka penularan virus semakin meningkat hingga menembus 3.000 korban postif Covid-19 pada Jumat lalu. Provinsi-provinsi yang berada di pulau Jawa saling salip menyalip dalam jumlah kasus tertinggi setiap harinya.
Hingga kini, Indonesia telah mencapai total 166.000 kasus dengan 7.169 korban meninggal dunia. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia beberapa kali memimpin kasus tertinggi Covid-19 bersaing dengan Philiphin dan Singapura. Kondisi ini diperparah dengan tantangan resesi. Seperti diprediksi para pakar bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melaju dengan minus 5 persen.
Meski demikian, fenomena Covid-19 di Indonesia menjadi lahan subur pegiat konten kreatif dalam memasarkan karyanya. Media social menjadi wahana alternative untuk tetap berkreasi demi menjaga dapur tetap ngebul. Salah satu media sosial yang paling digemari adalah Youtube. Tak ayal, pegiat konten kreatif di Youtube membludak di saat PSBB lalu. Ketika ada anjuran untuk berdiam diri di rumah, masyarakat pun memutar otak untuk tetap kreatif kala Pandemi. Dosen dan guru mengajar daring, karyawan kerja di rumah, dan bahkan artis ibukota pun beralih menjadi Youtuber dadakan.
Artis memiliki modal popularitas ketika beralih menjadi Youtuber sehingga membuat mereka lebih mudah dan cepat memiliki viewer dan subscriber. Akan tetapi konten yang ditawarkan menjadi kata kunci, karena untuk mempertahankan viewer tetap tinggi bergantung pada konten yang menarik, tidak monoton dan ditunjang dengan kualitas gambar dan suara yang baik.
Kolaborasi
Untuk mengangkat konten menjadi menarik, para artis yang mendadak youtuber akhirnya harus melakukan kolaborasi. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung channel satu sama lain. Channel yang dimiliki musisi legendaris Ari Lasso contohnya, ia pun melakukan kolaborasi dengan beberapa artis lain seperti Andre Taulany dan Raffi Ahmad yang sudah memiliki subscriber lebih banyak. Mantan vokalis Dewa 19 itu pun sedikit banyaknya mengikuti alur dan gaya konten mereka dengan membuat prank dan settingan. Semua dilakukan demi menaikkan viewer dan subscriber.
Berbeda dengan Ari Lasso, Irfan Hakim terlebih dahulu melakukan kolaborasi dengan Panji Petualang, jauh sebelum Pandemi Covid terjadi. Hobbynya memlihara binatang reptile membentuk mereka menjadi sebuah tim. Diawali dengan kolaborasi berbincang-bincang dengan sesame pecinta binatang lain seputar pemeliharaan hewan. sebelumnya yang menarik dari tim ini, mereka terbentuk karena sudah saling kenal, tetapi ada juga yang tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Media “Youtube” lah yang memperkenalkan mereka satu sama lain.
Winner takes all market
Kini kita dihadapkan pada tantangan resesi ekonomi, tidak menutup kemungkinan Youtuber dadakan semakin menggeliat, lebih banyak dari sebelumnya. Sekali lagi kemenangan dalam dunia virtual ini ditentukan dari mereka yang memiliki konten yang menarik, tidak monoton dan ditunjang dengan kualitas gambar dan suara yang baik. Pada akhirnya kita dihadapkan pada beragam konten-konten Youtube yang nyaris seragam dan bahkan bila motifnya adalah uang, kita harus bersiap dengan konten yang tidak mendidik dan jauh dari inspiratif.
Wallahu’alambishowab..
Penulis adalah Dosen Universitas Bhayangkara dan Wakil Ketua ISKI (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia) Banten.