TANGERANG, salakaNews.com – Makna dari pancasila ialah berpandangan bahwa penganut agama manapun berhak menjalankan perintah sebagaimana ajarannya tanpa mendapatkan gangguan dari pihak manapun.
Hal itu disampaikan Gus Miftah dalam acara hari ulang tahun partai PDIP ke 47 yang diselenggarakan oleh DPC PDIP kota Tangerang di GOR, kecamatan Tangerang, kota Tangerang dengan tema ‘Tabligh Akbar Doa Untuk Negeri’ Jumat malam, (17/1/2020).
Negara Indonesia lanjut Gus Miftah, memiliki keunikan tersendiri dari pada banyak negara, di dunia. Ia membandingkan Indonesia dengan bangsa Eropa, dimana bangsa Eropa merupakan satu Bangsa yang berdiri di banyak negara, sebaliknya Indonesia memiliki banyak bangsa yang berdiri di satu negara bernama Indonesia.
“sebagaimana yang kita ketahui banyaknya Suku serta bahasa yang berada di Indonesia, ujarnya.
Oleh karena keunikan itulah bangsa Indonesia saat ini tetap kokoh menjadi negara besar, dengan demikian jika ada orang yang mengatakan bahwa Pancasila tidak cocok untuk Indonesia, maka silahkan saja tinggalkan Indonesia, kata Gus Miftah disambut tepuk tangan tamu undangan.
Selain itu disinggung pula terkait kurangnya perhatian anak-anak muda saat ini terhadap sejarah dan budaya luhur bangsa Indonesia, maka tak heran jika nilai-nilai perjuangan para pahlawan sebagian anak muda milenial kurang memahaminya.
“Saat ini lebih pada menghapal dan mengenal artis dibanding tokoh-tokoh besar Nasional, terlebih kaum wanita seperti R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Laksamana Malahayati”, tandasnya.
Hadiri dalam acara itu Pengurus DPP PDIP Ribka CIptaning, DPC PDIP,dan seluruh pengurus PDIP se kota Tangerang, Pimpinan Partai Politik, seperti Partai Berkarya, PPP, PKB, PSI, ketua MUI, DPC KNPI, Ansor, Banser, Satgas PDI, juga turut hadir Pimpinan NU Banten yakni Kyai Bunyamin.
Sebagai penutup ceramah, Gus Miftah bersalawat serta meminta kepada para hadirin untuk bersalawat bersama dengan iringan hadroh yang mana sebagai bentuk Ke-Islaman yang cinta terhadap Indonesia, sebab sebagaimana yang pernah dikatakan oleh pendiri NU yakni KH. Hasyim Asy’ari, bahwa “Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan merupakan dua kutub yang tidak saling bersebrangan”.
Acara ditutup dengan do’a yang dipimpin langsung oleh ketua PWNU Banten KH. Bunyamin.
Editor: tam
Contributor: Rian