Lebak, salakaNews.com – Jaringan pengikut KH Abdurahman Wahid atau disapa GUSDURIAN Lebak memperingati Haul KH Abdurahman Wahid ke XI di TBM Kedai Proses, bekerja sama dengan Pegiat Teater GATES di kabupaten Lebak.
Haul tersebut digelar bertema “GUSDUR & PRIBUMISASI ISLAM, bagaimana upaya Membumikan 9 Nilai Gus Dur melalui Kebudayaan,” diisi oleh beberapa pemateri yang expert dalam mengemukakan pemikiran-pemikiran Gus Dur.
Acara tersebut dihadir lintas agama Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dari Forum Komunikasi Pemuda Lintas Agama (FOKAPELA), juga dari Gusdurian Banten.
DC Aryadi salah satu pegiat kebudayaan di Lebak mengatakan, mitologi yang ada diyakini ada kaitan dengan nilai-nilai Gusdurian, mengingat sejarah-sejarah kebudayaan kuno yang beliau yakini memang terkoneksi dengan pemikiran GusDur.
“Sepertinya halnya mitologi-mitologi sebenarnya ada nilai yang memiliki hubungan dengan nilai-nilai Gus Dur”. Tutur DC Aryadi, Rabu (30 Desember 2020).
Kata DC (sapaan DC Aryadi), seperti hasil karya cerita-cerita rakyat, istilah-istilah, tarian-tarian, rumah adat, leuit, lisung khas Lebak yang mulai menghilang, padahal itu bisa mengangkat identitas kebudayaan dan adat Lebak supaya bisa menjadi investasi nilai yang diikutsertakan dalam segala aspek pembangunan Lebak, terkhusus ciri dan karakter interaksi masyakarat Lebak dalam mengahadapi post-modernisasi.
“Makanya, dalam waktu dekat ini kita akan syutting film premier yang mengangkat kearifan Lebak” Ujarnya.
Kang Dedi, Kang Daus, dan Kang Kholiyi sebagai tuan rumah tampak semeringah atas kegiatan ini, setelah sekian lama Gusdurian Lebak vakum akibat masa kebingungan Covid-19.
Sementara itu Budi Lengket, Pegiat Budaya dan Pengagum Gus Dur mengatakan, pentingnya persatuan setiap komponen dan eksponen masyarakat, serta perlawanan terhadap kezaliman apapun, hal paling mendasar untuk melawan kebodohan dan kedzaliman dimulai dari membaca, karena itu akan menghilangkan dari belenggu.
Dalam konteks Kebudayaan tak dapat dilepaskan dengan Teknologi yang saat ini terus mencengkeram, tentu saja masyarakat dituntut dapat menggunakan teknologi tepat guna, penguasaan tersebut harus dimulai dari pondasi ajeg kebudayaan.
“Teknologi adalah produk budaya ” ujarnya.
Iyan Fitriyana selaku Cendikiawan Lebak melalui tulisan yang ia titipkan lewat bukunya menyiratkan pesan bahwa Gus Dur, jejak, spiritnya masih melekat hingga kini, Gus Dur menjawab perubahan zaman, terkhusus dalam menjawab hak-hak kemanusiaan.
Dedi Suryadi, pembawa acara diskusi sekaligus Koordinator GUSDURian Lebak berharap, kegiatan kegiatan tersebut tidak hanya sekedar acara seremonial belaka, melainkan bagian dari refleksi bersama terit bagaiaman menyiarkan 9 nilai Gus Dur dalam kehidupan.
“Gus Dur memelihara kebudayaan, bagaimana strategi Pribumisasi Islam yang dilakukan Gus Dur, dan tentang pentingnya pelestarian budaya dari sekarang sampai seterusnya, kita harus kongkrit meneruskan semua perjuangan Gus Dur tersebut”. Tandasnya.
Serangkaian acara dimulai dari Tahlil bersama, Panggung Budaya, dan Diskusi Kebangsaan. syiir yang semasa hidup sering dibawakan oleh Gus Dur yaitu Syi’ir Tanpo Waton diiringi pembacaan puisi oleh Kang Daus Ketua Teater GATES.
Editor: tam
Kontributor: Rian