JAKARTA – Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam format digitalisai menjadi sorotan dua Guru Besar baru Universitas Mercu Buana; Prof. Dr. Ahmad Mulyana, M. Si. dan Prof. Dr. Setiyo Budiyanto, M. T. dalam orasi ilmiahnya di depan undangan Upacara Pengukuhan Guru Besar di Universitas Mercu Buana, Kampus Menara Bhakti, Jakarta Barat, pada (30/10).
Menurut Prof. Dr. Ahmad Mulyana, M. Si., Guru Besar di Bidang Ilmu Komunikasi, perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan digitalisasi, telah membawa perubahan mendasar dalam cara kita berkomunikasi. Perkembangan tersebut juga terjadi pada medianya itu sendiri yang mengalami fase perkembangan yang disebut mediamorofosis.
”Mediamorphosis mendorong kita untuk memahami semua bentuk sebagai bagian dari sebuah sistem yang saling terkait, dan mencata berbagai kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk-bentuk yang muncul di masa lalu, masa sekarang dan yang sedang dalam proses kemunculannya,” kata Mulyana.
Lebih lanjut profesor pertama bidang ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana ini mengatakan bahwa lanskap mediamorfosis pada gilirannya menjadi sebuah ”industri makna” yang terbentuk atau terkonstruksi secara sosial teknologi, berbasis latar belakang budaya, kepentingan, ideologi (politik dan ekonomi), serta norma dan nilai sosial baru.
”Tantangan muncul ketika bentukan makna-makna tersebut tanpa disadari memicu konstruksi sosial yang bersifat negatif seperti disinformasi dan cyberbullying. Solusi atas tantangan tersebut dapat dilakukan dengan menguatkan upaya literasi, dibarengi dengan penyusunan kebijakan serta praktik terbaik terkait realitas sosial di era digital” tegasnya.
Sementara Prof. Dr. Setiyo Budiyanto, M. T., Guru Besar di Bidang Ilmu Teknik Elektro ini menyoroti pentingnya bangsa Indonesia terlibat dalam mengembangkan transformasi digital AI (artificial intelligence) melalui transformasi jaringan nirkabel dari 5G ke 6G.
“Teknologi baru yang meng-enable-kan dunia virtual dengan kecerdasan dan digital untuk mengatasi tantangan dan obstacle dalam berkomunikasi setelah 2030,” kata Setiyo.
Menurut Guru Besar termuda yang dimiliki Universitas Mercu Buana saat ini, penggunaan teknologi 6G melahirkan dua aspek kritis yaitu masalah keamanan dan privasi. “Mengingat potensi perkembangan pesat dalam teknologi ini dan peran yang sangat penting dalam ketahanan nasional, perlindungan terhadap data dan jaringan menjadi lebih vital daripada sebelumnya,” ungkap Ketua Program Studi Teknik Elektro ini.
Setiyo mencatat teknologi 6G memiliki peran sentral dalam masalah ketahanan nasional, menghadapi kebencanaan, mengawasi perbatasan laut, menjangkau kawasan terpencil, layanan kesehatan dan pertahanan keamanan.
Dalam pidato sambutannya Rektor Universitas Mercu Buana, Prof. Dr. Andi Adriansyah. M. Eng., berpesan bahwa di era disrupsi di mana teknologi informasi menjadi tulang punggung masyarakat global, peran guru besar menjadi begitu sentral dalam dunia akademik.
“Guru besar bukan hanya menjadi pilar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi juga menjadi penuntun dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat dalam dunia teknologi informasi saat ini. Mereka tidak hanya memberikan kontribusi akademik, melainkan juga menginisiasi proyek-proyek inovatif dan memimpin riset akademis yang memberikan solusi nyata atas berbagai problematika sosial di tengah masyarakat masyarakat,” tutup Andi.