Lebak, salakaNews – Bonnie Triyana (41) Pria asal Rangkasbitung, kabupaten Lebak ini namanya mulai populer di kancah Nasional bahkan Internasional. Hal itu karena keahliannya dalam mengungkap sejarah.
Nama Bonnie Triyana mulai mencuat ketika mendirikan majalah sejarah yang sangat populer di Indonesia, yakni Majalah Historia.
Saat berbincang dengan awak media di Lebak, Bonnie sering melontarkan ide-ide cemerlang untuk memajukan kabupaten Lebak. Salah satu event yang pernah digagas ialah, Festival Seni Multatuli, even tersebut salah satu cikal bakal pagelaran yang diusung Bonnie untuk mengenalkan Lebak ke tingkat Nasional, bahkan Internasional.
“Sebagai putra daerah Lebak, tentu saya berharap Lebak bisa maju dan sejajar dengan daerah-daerah lainnya,” kata Bonnie kepada awak media, Minggu (26/7/2020).
Lebih lanjut dikatakannya, sumber daya alam di Lebak begitu banyak yang bisa dieksplorasi. Oleh karena itu perlu kiranya sumbangsih baik tenaga dan pemikiran yang dibutuhkan dari warga Lebak untuk memajukan daerahnya.
Semua warga Lebak bisa berkontribusi dengan berbagai cara, mulai ide, pemikiran dan berbagai jalan lainnya, mengingat wilayah Lebak yang tidak jauh dari Ibu Kota Jakarta.
“Saya yakin, Lebak bisa menjadi daerah maju. Jaraknya sangat dekat dengan Ibukota RI, potensi alamnya juga luarbiasa,” katanya.
Ada pu terkait menggali sejarah, Bonnie rupanya punya background di bidang tersebut. Bila ditilik dari perjalanan pendidikannya, ia telah menyelesaikan sarjana dari jurusan sejarah Universitas Diponegoro, Semarang pada 2003. Itulah awal yang menjadikannya modal dalam mengasah minatnya mengungkap sejarah yang ada di Nusantara.
Selain itu ia sempat mengenyam kuliah pascasarjana sejarah di Universitas Indonesia (2005) namun tidak selesai. Kini Bonnie sering diundang ke berbagai perguruan tinggi di berbagai belahan dunia untuk mengisi forum ilmiah sejarah.
Sebelum mendirikan dan memimpin Majalah Historia, Bonnie juga aktif menulis di beberapa perusahaan media ternama, salah satunya Majalah Tempo.
Aktif bicara di forum ilmiah sejarah baik di tingkat nasional maupun internasional, Bonnie menjadi orang di balik gagasan berdirinya Museum Multatuli di tanah kelahirannya, Rangkasbitung.
Bolak balik ke Belanda, untuk mencari dokumen sejarah Nusantara sudah menjadi pekerjaan sehari-hari Bonnie. Sejak 2018 dia diundang menjadi sejarawan dan kurator di Rijksmuseum di Amsterdam, Belanda untuk menyelenggarakan pameran akbar tentang revolusi Indonesia pada tahun 2021.
Bonnie juga pernah menerima penghargaan perdana Anton Lucas Fellowship (2019) dari Flinders University, Adelaide, Australia untuk meneliti dokumentasi arsip koleksi sejarawan Anton Lucas. Dia juga kerapkali tampil sebagai narasumber siaran televisi dalam dan luar negeri.
(red)