Petani Wanasalam Butuh Pengering Padi

0
1590
views
petani Bejod, Wanasalam mengeringkan padi mereka di jalan umum, mereka beralasan tak punya lahan untuk mengeringkan Padi. (foto: Syamsul/Salakanews)

Tempat Pengeringan Padii merupakan hal sangat dibutuhkan pada saat petani menghadapi Panen raya tetapi dalam kondisi musim hujan.

Salakanews, Lebak- Sejumlah Petani di daerah Lebak khususnya desa Bejod, kecamatan Wanasalam pada awal Maret pertengahan tahun ini sedang menghadapi musim panen raya padi, meski musim hujan kerap terjadi, tetapi panen raya tetap dilaksanakan, ketiadaan pasilitas dalam melakukan pengeringan tak membuat petani putus asa, mereka menggunakan area jalan untuk mengeringkan padi mereka.

Puncak panen raya berlangsung diprediksi sejak Februari akhir hingga Maret. Stok gabah mulai melimpah, para petani pun mengalami sedikit masalah dalam mengeringkan padi, karena kekurang tersediaannya area untuk mengeringkan padi mereka. Padahal seyogyanya petani membutuhkan lantai Jemur yang ideal, hal itu guna menghindari cuaca yang kurang bersahabat, seperti turun hujan, dan cuaca ekstrim lainnya. Jika area dan tempat pengeringan padi tersedia, petani tidak akan mengalami kesusahan.

Melihat kondisi ini warga tidak punya pilihan lain selain memanfaatkan area yang ada, seperti pepatah mengatakan tak ada rotan akar pun jadi tak ada lahan, Jalan umum pun dipergunakan untuk mengeringkan padi mereka. akibatnya pemandangan yang kurang elok sangat nampak pagi para pengguna jalan,.

Akra salah satu petani yang mengeringkan padinya di jalan raya pada Salakanews mengatakan, mereka melakukan itu karena tidak punya pilihan lain, di satu sisi padi mereka ingin cepat kering, di sisi lain mereka pun sebetulnya merasa kurang enak saat padinya harus digelar di tengah jalan.

“kami ini melakukan (menjemur padi) ini karena satu hal yaitu tidak adanya lahan untuk pengeringan” kata Akra.

pengendara merasa terganggu dengan padi yang dijemur di jalan umum, di desa Bejod, kecamtan Wanasalam , Lebak.
(foto:syamsul/Salakanews)

Selain itu Akra dan warga petani Padi yang lain sangat mengeluhkan kondisi ini, karena mereka tidak memiliki lahan dan tempat untuk penjemuran padi, mereka berharap kepada pemerintah dapat membantu memberikan pasilitas mesin pengering padi (oven)” ujar akra ( jumat,02/03/18).

Seraya mengatakan di tahun ini mereka bersyukur jika musim panen ini dibarengi oleh cuaca yang sangat baik, sehingga keadaan itulah yang membuat kondisi Akra bersama petanilainnya tidak seburuk pada tahun sebelumnya. Sebagai mana diketahui pada tahun ini harga gabah mengalami peningkatan disbanding tahun lalu. Pada tahun ini harga gabah Rp 4100 per/kg. Sedangkan tahun lalu hanya berkisar Rp.2800/kg.

“Alhamdulillah musim panen di barengi dengan cuaca yang mendukung. Jadi tidak seperti tahun tahun yang lalu, padi para petani sampai tumbuh di dalam karung dan tidak laku di jual”katanya.

Terpisah kepala desa Bejod pada salakanews mengatakan pihaknya telah berupaya bagaimana warganya bisa mendapatkan alat pengering agar bisa mempermudah proses produksi padi.

“kami pemerintah desa dan BPD telah berupaya untuk mengusulkan mesin oven agar pihak pertanian membantu dan mengupayakannya,” ungkap Rohmat.

Sayangnya kelompok Tani yang mengeluhakan kondisi itu setiap di undang oleh pihak desa tidak datang, padahal desa menginginkan adanya satu musyawarah mencari jalan keluar untuk kebuthan bersama. Harapan dengan memiliki Mesin Oven dan alat-alat pertanian sejenisnya dpat mempermudah pengolahan produksi padi.

“apabila ada usulan dari kelompok-kelompok tani, itu akan menguatkan aspirasi petani untuk diajukan ke pemerintah” Kata Rohmat jumat,02/03/2018.

Sementara Tian selaku mantri Tani Desa mengamini terkait para petani yang enggan diajak bermusyawarh ke bale desa, ada pun alasan para petani belum bisa dipintai kerterangan lebih lanjut.

“Menurut saya kelompok Tani dan pihak pertanian tidak ada respon, semua hanya berkata iya iya dan iya saja saat dikasih masukan” kata Tian mengahiri.

(Mg1/tam)