Dosen Teknik Mesin UMB Berdayakan TKI di Penang Olah Sampah Plastik Jadi Energi Alternatif

0
52
views
TIm Dosen Teknik Mesin UMB Berdayakan TKI Olah Limbah Jadi Energi

Penang, Sampah plastik yang selama ini menjadi momok pencemaran lingkungan ternyata menyimpan potensi besar sebagai sumber energi alternatif. Melalui teknologi pirolisis, sampah plastik dapat diubah menjadi minyak yang berfungsi sebagai bahan bakar pengganti batu bara. Inilah yang menjadi fokus utama kegiatan penyuluhan bertajuk “Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi Minyak Sebagai Bahan Bakar Alternatif untuk Meminimalkan Gas Rumah Kaca”, yang menyasar komunitas Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Penang, Malaysia, belum lama ini.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang digagas oleh akademisi dan praktisi lingkungan dari Tim Dosen Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercu Buana (UMB), yang terdiri dari Dr I Gusti Ayu Arwati, Dr Dafit,  Dr Dianta,. Dr Imam, Dr Hadi, Dr Nurato  dan Dr Sagir serta Dr Muhammad Fitri, dengan tujuan memberikan solusi inovatif dan aplikatif atas permasalahan sampah plastik yang terus meningkat. Para peserta, yang tergabung dalam Komunitas Permad, diajarkan proses pengolahan plastik menjadi minyak melalui metode pirolisis—teknik pemanasan tanpa oksigen yang dapat mengubah limbah plastik menjadi energi cair yang siap pakai.

Pentingnya pemanfaatan ini makin terasa ketika melihat dampak lingkungan yang terjadi beberapa waktu lalu. Pada September 2024, sejumlah wilayah di Malaysia, termasuk Pulau Pinang, dilanda banjir bandang akibat badai dan air pasang yang tinggi. Tumpukan sampah plastik yang menyumbat saluran air menjadi salah satu penyebab utama bencana tersebut. Saat air laut surut, limbah plastik terbawa kembali ke daratan dan memperparah kondisi lingkungan.

“Masalah banjir ini tidak hanya soal cuaca ekstrem, tapi juga kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan, terutama plastik. Karena itu, pendekatan yang kami tawarkan adalah solusi dua arah, mengurangi limbah dan menghasilkan energi,” ujar Ayu.

Data dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Penang menunjukkan bahwa sekitar 60% sampah yang tertimbun adalah plastik dan jenis anorganik lainnya. Sementara sisanya adalah limbah organik rumah tangga. Bila dibiarkan, volume ini akan terus bertambah dan memperparah emisi gas rumah kaca di kawasan tersebut.

Menurut Ayu, proses pirolisis yang diperkenalkan dalam kegiatan ini diyakini menjadi salah satu solusi konkret dalam pengelolaan sampah plastik. Tidak hanya ramah lingkungan, hasilnya berupa minyak bakar juga dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga atau industri kecil, menggantikan bahan bakar fosil yang kian langka dan mahal.

Peserta penyuluhan pun menyambut baik kegiatan ini. Bagi para TKI di Penang, keterampilan ini tidak hanya bermanfaat untuk lingkungan sekitar, tapi juga membuka peluang usaha baru yang berbasis teknologi tepat guna.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi model kolaborasi antara diaspora Indonesia dan komunitas akademik untuk mewujudkan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, sekaligus ikut andil dalam mitigasi perubahan iklim global.