Alasan COVID-19, Mendagri Tito Tunda 3000 PILKADES tapi PILKADA 2020 Jalan Terus

0
83
views
Mendagri Tito Karnavian (foto: net)

salakaNews.com – Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menunda pemilihan kepala desa di seluruh Indonesia dimulai pada tahun ini hingga waktu yang belum ditentukan. Alasan Tito terkait penundaan Pilkades tersebut berkaitan dengan Pandemi COVID-19 yang belum usai. Akan tetapi pemilihan kepala daerah justru dibiarkan berlanjut.

“Dengan kewenangan saya selaku mendagri, saya perintahkan (Pilkades) untuk tunda sampai dengan PILKADA selesai,” kata Tito dalam webinar nasional seri 2 KSDI, Minggu (20/9/20) seperti dikutif tirto.co.id.

Keputusan tersebut berbalik dengan pemerintah pusat di lembaga lain seperti KPU dan DPR RI yang keukeuh melangsungkan tahapan Pilkada 2020 di 270 daerah. Tito berdalih proses Pilkada bisa ia control, namun untuk Pilkades yang diselenggarakan di tiap kabupaten tidak bisa dikendalikan, terlebih dalam mencegah penyebaran COVID-19.

“karena PILKADA bisa kami control, tapi pilkades penyelenggara tiap kabupaten  masing-masing, iya kalo punya manajemen yang baik, kalau tidak, rawan sekali (penyebaran COVID-19),” kata Tito.

Pemerintah memiliki opsi lewat revisi PKPU (peraturan komisi pemilihan umum), oleh karena itu Tito meminta dukungan kepada komisi II DPR RI dan penyelenggaran Pemilu.

Sementara Peneliti pada LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Wasisto Raharjo Jati menilai, pemerintah tidak konsisten dalam membuat kebijakan terkait Pemilu di tengah Corona Mewabah seperti saat ini. Harusnya kata dia, jika Pilkades bisa ditunda kenapa Pilkada yang ruang lingkupnya lebih luas dilanjutkan.

“kalau saya pikir putusan itu tidak diikuti dengan langkah solutif dan jelas memicu banyak kontroversi,” kata Wasisto, seperti dikutif CNNIndonesia.com.

Lebih lanjut dikatakannya, penyelenggaraan Pilkada jauh lebih berbahaya jika tetap dilanjutkan, dan berpotensi menjadi klaster baru penularan COVID-19 pada masyarakat secara luas.

“ini justru mengkhawatirkan Pilkada malah justru berpotensi menjadi titik tranmisi baru ditengah kondisi sekarang yang tidak jelas, apakah masih gelombang pertama, kedua, atau normal baru,” tandasnya.

(red)