Dosen Fasilkom UMB Perkenalkan Inovasi Akuaponik dan E-Gov untuk Anggota Permai di Malaysia

0
25
views

Penang – Inovasi teknologi kembali menjadi tumpuan dalam menjawab persoalan keseharian masyarakat. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilakukan Dosen Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), Universitas Mercu Buana (UMB) di Penang, Malaysia, dua pendekatan berbasis teknologi—deteksi ikan mati dalam sistem akuaponik dan aplikasi e-government—diangkat sebagai solusi praktis dan relevan untuk meningkatkan kesejahteraan dan tata kelola yang lebih efektif.

Program ini merupakan hasil kolaborasi dosen dari Program Studi Informatika dan Sistem Informasi Fasilkom UMB yang menyasar warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Penang. Dengan pendekatan presentasi interaktif, diskusi terbuka, dan survei evaluatif, kegiatan ini menunjukkan antusiasme dan respons positif dari para peserta.
Salah satu topik utama adalah penggunaan teknologi deteksi otomatis ikan mati dalam sistem akuaponik yang disampaikan Dr. Bagus Priambodo, ST., MTI. Sistem ini memanfaatkan pembelajaran mendalam (deep learning) yang memungkinkan kamera mendeteksi keberadaan ikan mati secara real-time. Langkah ini dinilai dapat mengurangi kerugian ekonomi dan meningkatkan produktivitas tanpa mengandalkan pemantauan manual.

“Deteksi dini ikan mati sangat penting dalam menjaga keberlanjutan sistem pertanian terpadu seperti akuaponik. Solusi ini bukan hanya efisien, tapi juga memberdayakan petani untuk lebih mandiri secara teknologi,” ujar Bagus.
Di sisi lain, pembahasan tentang e-government menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi untuk tata kelola yang lebih akuntabel, transparan, dan responsif. Tema ini disampaikan oleh Dr. Ruci Melyanti, S. Kom., M, Kom.
“Aplikasi digital seperti sistem pelaporan infrastruktur dan pemantauan anggaran desa dianggap mampu memotong birokrasi sekaligus memperkuat partisipasi warga,” terang Ruci.

Peserta kegiatan tampak aktif berdiskusi, mengangkat berbagai tantangan teknis maupun kultural dalam penerapan teknologi tersebut di lingkungan mereka. Survei yang dilakukan di akhir sesi mencatat bahwa 91 persen peserta memiliki ekspektasi tinggi terhadap kualitas program, dan 86,7 persen merasa puas dengan hasil yang mereka terima.
Ruci menambahkan, data juga menunjukkan bahwa 91,2 persen peserta merasa materi yang diberikan melebihi harapan. Meski demikian, penyelenggara mencatat adanya ruang perbaikan dalam hal penyampaian konten dan pengelolaan waktu, dengan tingkat kepuasan terhadap kinerja tim berada di angka 81 persen.

“Respon positif dari komunitas Indonesia di Penang menunjukkan betapa pentingnya pendekatan partisipatif dan kontekstual dalam kegiatan pengabdian semacam ini. Teknologi bisa menjadi jembatan yang konkret dalam menyelesaikan masalah keseharian mereka,” tambah Bagus.

Kegiatan ini diharapkan menjadi model kolaborasi lintas sektor yang mampu memperkuat ketahanan ekonomi komunitas diaspora dan mendorong integrasi teknologi secara inklusif dalam kehidupan sehari-hari.