Budidaya Maggot di Desa Kaduronyok Jadi Perhatian Diskan Pandeglang

0
459
views

PANDEGLANG, salakaNews.com – Budidaya maggot yang dikelola oleh warga Desa Kaduronyok, Kecamatan Cisata, Kabupaten Pandeglang, menjadi perhatian pihak Dinas Perikanan Pandeglang, sebab kegiatan yang memiliki potensi besar itu sangat jarang dilakukan oleh masyarakat maupun kelompok tertentu di Kota Santri ini.

Maggot merupakan binatang sejenis larva yang dihasilkan dari permentasi beberapa bahan limbah padi atau sekam yang dicampur dengan bahan lainnya, sepertu minuman yakul, roiko (bumbu masak) dan bahan lainnya.

Maggot atau larva tersebut diperuntukan bagi pakan hewan ternak dan budidaya ikan air tawar. Bahkan katanya, maggot itu bisa mendorong percepatan pertumbuhan ikan dan hewan ternak seperti ayam. Bahkan berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, harga maggot basah mencapai Rp 8 ribu perkilo, dan maggot yang sudah dikeringkan bisa mencapai Rp 80 sampai Rp 100 ribu perkilonya.

Untuk menghasilkan maggot dari bahan baku yang diolah, pengelola hanya membutuhkan waktu selama tiga pekan, mulai dari permentasi hingga panen. “Dari satu kilo bahan baku yang diolah itu bisa menghasilkan satu kilo gram maggot,” kata Muhamad Suherman pelaku budidaya maggit, Rabu (5/1/2021).

Suherman menjelaskan, mulanya ia hanya coba-coba dan iseng melakukan permentasi berbagai bahan baku untuk menghasilkan maggot. Kata dia, awlanya uji coba yang dilakukannya itu hanya menyediakan sebanyak 20 kilo gram sekam yang dicampur dengan dua botol minumal yakul, dua saset bumbu masak (roiko), 1/4 gula pasir dan satu liter air hangat.

“Setelah itu dipermentasi selama tiga hari, kemudian setelah dapat tiga hari ditabur ke dalam bak atau tempat yang lebih besar. Setelah dapat beberapa hari keluarlah maggota,” jelasnya.

Namun lanjut dia, dari bahakn baku yang sudah diolah untuk menghasilkan maggot, harus dibuahi oleh BSF (black soldier fly) binatang sejenis lalat. Karena jika tidak dibuahi oleh BSF itu tidak bakal jadi maggot.

Setelah timbul maggot kata dia, bahan yang sudah diolah itu juga dicapur lagi dengan limbah sayuran, supaya pertumbuhan maggotnya lebih bagus lagi.

“Mulanya kami coba-coba, ternyata memang menghasilkan. Makanya sekarang bikin tempat yang agak besar, supaya bisa mengolah bahan yang lebih banyak lagi,” tuturnya.

Saat ditanya apakah dalam budidaya maggot itu terdapat kendala. Ia mengaku, kendalanya hanya musim penghujan dan semut. Namun kalau kendala semut bisa diantisipasi dengan kapur ajaib.

Suherman juga mengaku, untuk kelancaran produksi dalam budidaya maggot tersebut, pihaknya masih mengalami keterbatasan, seperti belum adanya alat pengering dan tempat yang memadai.

“Alat pengering memang sangat kami butuhkan, selain itu juga tempat pengolahan maaih alakadarnya,” ungkap dia.

Saat meninjau lokasi budidaya maggota tersebut, Kepala Dinas Perikanan Pandeglang, Suaedi Kurdiatna mengaku, sangat mengapresiasi dan mendukung kegiatan budidaya maggot yang dilakukan oleh warga tersebut. Bahkan kata dia, sesuai yang diketahuinya selama ini pembudidaya amggot itu baru ada dua di Pandeglang, yakni di Cisata dan Cimanuk.

“Stelah mendapatkan informasi bahwa di Kadiluronyok ini ada budidaya maggot, terketuk hatu saya untuk melihat langsung kegiatan itu. Ternyata ini sangat bagus, karena maggot itu untuk dijadikan bahan makanan ikan dan hewannternak,” ujarnya.

Pihaknya juga menyarankan kepada pengelola agar dibuat kelompok budidayanya, karena pihaknya akan mencoba mendorong untuk bisa mendapatkan bantuan yang menjadi kebutuhan pengelola dan juga akan dibantu pemasarannya.

“Kegiatan ini (budidaya maggot) memang tidak membituhkan biaya mahal, tapi penghasilannya cukup menjanjikan. Makanya saya sangat mendukung ada warga yang memiliki kerativitas budidaya maggot ini,” ungkapnya.

Kadis juga mengaku, kegiatan ini juga tidak perlu membutuhkan penanganan khusus dan memeras waktu. Bisa sambil iseng-iseng tapi bisa menghasilkan ekonomi yang luar biasa. Oleh sebab itu, semoga kegiatan ini bisa menjadi contoh bagi warga yang lain untuk bisa melakukannya.

“Selain itu kegiatan ini juga tidak mesti harus laki-laki, tapi kaum ibu-ibu juga bisa, karena bukan pekerjaan berat. Bahkan untuk bahan bakunya juga saya rasa cukup mudah untuk didapatkan,” tandasnya. (Land/Zis)